Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 08:45 WIB | Rabu, 01 November 2017

PBB: Emisi Gas Rumah Kaca Tertinggi dalam 800.000 Tahun

Ilustrasi. sebuah pabrik baja di Qianan, Hebei, China utara. WMO melaporkan konsentrasi CO2 di atmosfer melonjak dengan laju tercepat tahun lalu ke angka tertinggi dalam sejarah. (Foto: voaindonesia.com)

JENEWA, SWISS, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan,  emisi gas rumah kaca di atmosfer bumi telah mencapai tingkat tertinggi dalam 800.000 tahun.

Laporan ini dirilis sebelum negosiasi perubahan iklim PBB minggu depan di Bonn, Jerman. Ini dimaksudkan sebagai peringatan bagi semua negara bahwa waktu hampir habis untuk mengambil tindakan yang diperlukan guna mencegah pemanasan global.

WMO melaporkan, konsentrasi CO2 di atmosfer melonjak dengan laju tercepat tahun lalu ke angka tertinggi dalam sejarah. WMO juga mengatakan tingkat CO2 sekarang 145 persen lebih tinggi dari tingkat pra-industri. Lembaga itu memperingatkan bahwa ini berpotensi mengubah sistem iklim dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya dan bencana.

Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas mengatakan, ini sudah terjadi. Dia mengatakan, ilmuwan telah mampu melacak variabilitas konsentrasi karbon dioksida selama 800.000 tahun terakhir.

"Kita telah jauh melampaui variabilitas alami, yang terjadi pada masa lalu dan kita memberi energi ekstra untuk planet kita. Kita sudah mulai melihat meningkatnya jumlah bencana alam terkait cuaca. Dan, misalnya, kerugian ekonomi terkait bencana ini sudah tiga kali lipat sejak tahun 80 an. Jadi, itu adalah konsekuensi perubahan iklim," kata Taalas.

Laporan tersebut menemukan, CO2 menyumbang lebih dari 60 persen untuk pemanasan planet kita, dan bahwa aktivitas manusia dan variabilitas iklim alami berada di balik peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang substansial.

Taalas memperingatkan, kenaikan suhu akan mencapai tingkat berbahaya pada akhir abad ini, tanpa pengurangan CO2 dan emisi gas rumah kaca lainnya dengan cepat. Dia mengatakan langkah-langkah untuk mengurangi perubahan iklim harus segera dilakukan.

Taalas mengatakan, upaya untuk mengembangkan sistem energi terbarukan dan sistem transportasi, termasuk mobil listrik dan hibrida, harus dipercepat. Dia menambahkan teknologi karbon rendah ini dapat memainkan peran penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menurunkan panas bumi untuk generasi mendatang.

Jepang Ingin Bantu Hitung Emisi

Sementara itu, pemerintah Jepang akan membantu negara-negara berkembang menghitung emisi gas rumah kaca serta hasil pengurangan emisinya. Kesepakatan Paris yang berlaku bulan November tahun lalu, mensyaratkan semua negara anggota untuk menyerahkan target pengurangannya kepada PBB. Namun, sebagian negara berkembang kekurangan teknologi untuk secara layak memperhitungkan berapa banyak gas rumah kaca yang diproduksinya. Hal ini mencegah negara-negara tersebut memastikan efek dari upaya pengurangan emisinya.

Guna membantu negara-negara tersebut, pemerintah Jepang telah menyusun rencana dengan badan-badan riset internasional, guna mendorong metode yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Prosedur ini akan membuat perusahaan di negara-negara berkembang untuk menghitung dan melaporkan emisinya, yang akan digunakan menyusun sumber data.

Pemerintah Jepang berharap, untuk memperkenalkan metode tersebut di negara-negara Asia Tenggara pada tahun fiskal mendatang yang dimulai pada bulan April. Para pejabat pemerintah mengatakan, mereka akan mengumumkan rencana tersebut pada konferensi iklim PBB yang dikenal sebagai COP23 di Bonn, Jerman, pekan depan. (Voaindonesia.com/nhk.or.jp)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home