PBB Peringatkan Meningkatnya Pertempuran di Myanmar, Ribuan Orang Mengungsi
SATUHARAPAN.COM-PBB menyerukan "langkah-langkah mendesak untuk menyelamatkan warga sipil" di barat laut Myanmar yang dilanda konflik pada hari Minggu (28/6). Disebutkan bahwa pertempuran telah meningkat di sana antara tentara dan pemberontak.
Militer telah berperang melawan Tentara Arakan (AA), kelompok pemberontak yang menuntut lebih banyak otonomi bagi umat Buddha etnis Rakhine, di negara bagian Rakhine dan Chin di Myanmar sejak Januari tahun lalu.
Puluhan warga sipil telah tewas di daerah itu dan puluhan ribu orang mengungsi. Kedua belah pihak telah melontarkan tuduhan terjadinya pelecehan.
Di bawah penguncian pandemi virus corona, dan dengan pemadaman internet di sebagian besar zona konflik, pelaporan dari daerah tersebut sulit untuk diverifikasi.
PBB menyatakan keprihatinannya atas "laporan pertempuran intensif" di kota Rathedaung di negara bagian Rakhine barat laut.
Wilayah itu adalah rumah bagi lebih dari 10.000 warga sipil, dan sumber-sumber lokal melaporkan mereka melarikan diri atau terjebak di tengah konflik yang sedang berlangsung, kata laporan PBB, hari Minggu.
PBB mendesak kedua pihak untuk "mengambil tindakan segera untuk menyelamatkan warga sipil." Dan menyerukan mereka menghormati hukum kemanusiaan internasional serta menegaskan kembali perlunya gencatan senjata.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah pemerintah setempat pekan lalu memerintahkan warga lebih dari 40 desa untuk mengungsi sebelum "operasi pembersihan." Istilah ini digunakan pada tahun 2017 sebelum tentara melakukan penumpasan brutal di negara bagian Rakhine terhadap populasi Muslim Rohingya.
Lebih dari 750.000 warga Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, membawa laporan kekerasan yang menyebabkan tuduhan genosida terhadap Myanmar di pengadilan tinggi PBB.
Tetapi Menteri Urusan Perbatasan, Kolonel Min Than, mengatakan kepada AFP, hari Minggu, perintah itu "dicabut" karena tentara hanya menargetkan lima desa, termasuk Kyauk Tan, untuk mengusir pemberontak AA.
"Ini bukan 'operasi pembersihan', tapi 'operasi militer'," kata Min Than. Namun, kata-katanya tidak berbeda bagi penduduk setempat. Khaing Kyaw dari desa Kyauk Tan mengatakan keluarganya harus meninggalkan rumah mereka.
"Peluru artileri ditembakkan dari kota dan anak sungai ke desa kami," katanya kepada AFP. "Kami semua berlari dan mengalami kesulitan dengan makanan."
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...