Pebisnis Persoalkan Air untuk Pembiakan Sapi di NTT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Pangan Strategis, Juan Permata Adoe, mengatakan bahwa para pelaku usaha memikirkan ketersediaan air di Provinsi Nusa Tenggara Timur guna mewujudkan investasi pengembangbiakan sapi di daerah tersebut.
Dia mengatakan, jika program embung yang disiapkan pemerintah terwujud maka para investor siap berbisnis di NTT.
“Itu mau tidak mau kita di NTT kunci utamanya adalah air. Kalau airnya tersedia dan program embungnya tersedia, otomatis banyak pelaku-pelaku industri sapi masuk ke sana,” kata Juan kepada satuharapan.com di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, hari Senin (9/1).
Menurut Juan, selain NTT, provinsi tetanggannya yaitu Nusa Tenggara Barat juga bermasalah dalam ketersediaan air. Sedangkan di daerah lain seperti Sulawesi harus juga menjadi perhatian pemerintah guna mewujudkan pengembangbiakan sapi di sejumlah daerah di Indonesia.
“Sama di Sumbawa isunya juga sama soal air. Kalau di Sulawesi mungkin masalah logistik isunya logistik, sehingga orang masih berpikir lebih mudah daripada NTT dan NTB karena budayanya sudah tersedia, budaya beternak sapi,” katanya.
Kerja Sama RI-Australia
Sebelumnya Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita serta Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia Steven Ciobo sepakat untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan sapi antara Indonesia-Australia.
Hal tersebut diungkapkan dalam pertemuan bilateral Kepala BKPM, Menteri Perdagangan RI serta Menteri Perdagangan, Pariwisata dan Investasi Australia di Australia, hari Minggu (6/11/2016) lalu.
Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertulis pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia, Indonesia-Australia sepakat untuk meningkatkan stok sapi di Indonesia sebagai upaya untuk menstabilkan harga daging sapi dalam negeri.
Kepala BKPM menyampaikan antusiasme pemerintah Australia untuk menjajaki beberapa wilayah perkembangbiakan sapi di Indonesia, salah satunya Nusa Tenggara Timur. Selain perkembangbiakan sapi, kedua pihak juga akan eksplorasi lebih jauh untuk mengadakan kerja sama di komoditi lain, seperti gula.
“Australia ingin kerja sama ini tidak sebatas pada impor sapi saja, tapi juga bisa merambah ke sektor penanaman modal terutama untuk pengembangbiakan sapi di Indonesia, sehingga selain meningkatnya investasi, secara signifikan kita dapat mengurangi permasalahan stok daging sapi dalam negeri,” kata Tom dalam keterangan kepada pers, hari Jumat (11/11).
Kepala BKPM menambahkan, kerangka perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) selain mencakup kerja sama terkait daging atau sapi, juga jasa lainnya seperti pariwisata, kesehatan, pelatihan tenaga kerja dan lain-lain.
“Kami perluas kerja sama ini, selain daging sapi dan komoditi, kami juga ingin membantu perkembangan 10 prioritas destinasi pariwisata,” lanjutnya.
Editor : Eben E. Siadari
Dunia Dalam Krisis Polusi Plastik, Tapi Perundingan Perjanji...
BUSAN, KOREA SELATAN, SATUHARAPAN.COM-Negara-negara di dunia menyelesaikan perundingan perjanjian ak...