Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 08:00 WIB | Sabtu, 16 Mei 2020

Pekabaran Injil di Atena

Berbeda keyakinan bukan tabu. Karena itu, janganlah perbedaan keyakinan membuat kita membenci orang yang mempunyai keyakinan itu.
Berbagi (foto: Anna Shvets [pexels.com))

Di akhir catatannya mengenai perjalanan Paulus di Atena, Lukas menulis: ”Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka” (Kis. 17:34).  

Tak semua pendengar tertarik dan akhirnya percaya dengan ajaran yang diberitakan Paulus. Namun, ada pula yang tertarik, di antaranya: Dionisius dan Damaris. Mengapa?

Pertama, Paulus dalam pemberitaannya tidak menyerang orang-orang Atena. Sebaliknya, dia memuji karena ketaatan ibadah mereka kepada para dewa. Di sini Paulus mengakui bahwa orang Atena serius dengan apa yang mereka percayai. Paulus tidak menafikan itu. Paulus tidak menganggap remeh hal ini, tetapi menerimanya sebagai suatu kenyataan baik.

Di sini orang Kristen Indonesia abad XXI perlu belajar banyak dari Paulus. Dalam mengabarkan Injil, atau membagikan pemahaman iman, janganlah kita menganggap remeh orang yang berbeda kepercayaan dengan kita. Kita harus menghargai orang-orang tersebut.

Namun, itu tidak berarti kita menganggap bahwa iman mereka sama dengan kita. Tidak sama sekali. Kita harus berani menyatakan iman kita. Kita tidak perlu menyembunyikannya. Tetapi, sekali lagi, kita patut menghargai orang-orang yang berbeda paham dengan kita. Berbeda keyakinan bukan tabu. Karena itu, janganlah perbedaan keyakinan membuat kita membenci orang yang mempunyai keyakinan itu.  

Kedua, Paulus membagikan pemahaman imannya dalam konteks orang Atena. Di Atena Paulus menyaksikan sebuah mazbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Agaknya, Paulus mengenal sejarah mezbah tersebut.

Dalam bukunya Duta Bagi Kristus, William Barclay menyatakan, sekitar 600 tahun sebelum kedatangan Paulus, penduduk Atena dilanda wabah dahsyat. Lalu dipersembahkanlah kurban bagi setiap dewa yang dikenal. Namun wabah tetap berkecamuk. Kemudian seorang pujangga Kreta, Epimenides, tampil dengan sebuah nasihat untuk melepaskan sekawanan domba berwarna putih dan hitam dari bukit Areopagus ke seluruh kota.  Di mana pun seekor domba terbaring, di situ pulalah hewan tersebut dikurbankan kepada patung berhala terdekat. Jika domba berbaring di dekat kuil dewa yang belum dikenal, hewan itu dikurbankan kepada ”Allah-allah yang tidak dikenal”. Kabarnya, sejak itu Atena bebas dari wabah.

Paulus menjadikan mazbah Allah yang tidak dikenal itu sebagai jalan masuk ke dalam pikiran para pendengarnya. Bahkan Paulus memperkenalkan Allahnya sembari mengutip syair para pujangga Atena. Paulus sangat mengerti konteks, sejarah, dan budaya orang Atena.

Orang Kristen Indonesia abad XXI perlu juga tahu sejarah negeri ini. Saya rasa kita bisa memahami, mengapa banyak orang Indonesia menganggap bahwa Kekristenan bangsa penjajah. Itulah kenyataan sejarah. Pengabar-pengabar Injil mula-mula di Indonesia memang bangsa Barat, yang identik dengan kekuasaan.

Namun, juga jangan kita lupa belajar dari sejarah, bahwa Pemerintah Hindia Belanda hanya mengizinkan pekabaran Injil di beberapa tempat saja. Injil tidak boleh disebarkan di masyarakat Sunda hingga awal abad 20. Pemerintah takut kalau pekabaran Injil malah membuat kekuasaannya terancam.

Ketiga, Allah adalah Pribadi yang memberi kebebasan setiap orang untuk percaya atau tidak. Allah tidak pernah memaksa orang untuk percaya kepada-Nya. Bagian kita hanyalah membagikan pemahaman iman kita. Mengenai jumlah orang yang mau percaya atau tidak, itu dalam wewenang Allah saja!

Bagian orang Kristen Indonesia abad XXI adalah membagikan pemahaman iman mereka. Jangan bicara jumlah. Itu urusan belakangan. Akan tetapi, yang sungguh-sungguh penting ialah apakah kita telah membagikan pemahaman iman kita?

Artinya, sebagai pengikut Kristus bersaksi kepada dunia tentang iman kita. Kita dipanggil untuk membagikan pemahaman iman kita. Dan itu hanya dapat terjadi jika kita sungguh-sungguh memahami apa yang kita imani. Jika tidak paham, bagaimana mungkin kita mau membagikannya. Apa yang akan kita bagikan?

Dan caranya ialah peliharalah keselamatan kita! Artinya, kita perlu sungguh-sungguh membina diri, agar kita semakin paham iman kita dan semakin mengasihi Allah.

Ini memang bukan pekerjaan gampang. Namun, jangan lupa, kita punya Penolong sejati! Yaitu: Roh Kebenaran.

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home