Pembebasan 10 WNI Sandera Abu Sayyaf Masih Tahap Diplomasi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, mengatakan upaya pembebasan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina masih dalam proses diplomasi. Menurutnya, pemerintah Indonesia menghormati konstitusi Filipina dan berharap pemerintah Filipina dapat membantu proses pembebasan.
“Sekarang masih ada proses soft diplomacy, pemerintah Filipna sekarang ada di depan membantu pembebasan warga negara Indonesia,” kata Pramono usai mengikuti Rapat Kerja Tahun 2016 dengan Kepala Daerah seluruh Indonesia, di Kompleks Istana Presiden, Jakarta Pusat, hari Jumat (8/4).
Meski demikian, dia menyatakan, pemerintah Indonesia telah mengetahui keberadaan 10 warga negaranya yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Informasi tersebut, menurutnya, didapatkan lewat pantauan satelit.
Dia juga menyatakan, pemimpin Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), telah menghadap Presiden untuk menyatakan kesiapannya bila diperlukan dalam pembebasan 10 warga negara Inndonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
“Tapi kita akan kedepankan langkah-langkah yang bersifat kemanusiaan, persaudaraan, bersifat lebih soft diplomacy,” ucapnya.
Dua pekan berlalu tanpa kejelasan, nasib 10 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf itu terombang-ambing lantaran proses penyelamatan belum membuahkan hasil.
Koordinasi dengan berbagai pihak terus diupayakan sebagai bentuk upaya penyelamatan.
Bahkan, hari Selasa (5/4) lalu, Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marusi, menyampaikan Kementerian Luar Negeri telah menunjuk dua liaision officer (LO) untuk mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan pihak keluarga 10 warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
Penunjukkan tersebut, kata Retno, merupakan upaya yang dilakukan Kementerian Luar Negeri agar pihak keluarga terus mendapatkan perkembangan terkini mengenai kondisi para sandera. Selain itu, Menlu juga telah melakukan pertemuan dengan Presiden Filipina.
Kemudian, di tempat terpisah, Retno juga bertemu Menteri Luar Negeri Filipina dan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina.
Dalam pertemuan tersebut, Menlu berupaya mengintensifkan komunikasi dan koordinasi terkait upaya pembebasan sandera, menekankan pentingnya keselamatan para sandera dan menyampaikan apresiasi atas kerja sama dengan Filipina.
Editor : Bayu Probo
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...