Loading...
OPINI
Penulis: Anil Dawan 18:18 WIB | Minggu, 18 September 2022

Pemberdayaan Jemaat dan Masyarakat NTT

Dr. Anil Dawan M.Th bersama pengurus Desa Oesusu. (Foto: Dok. Pribadi)

SATUHARAPAN.COM - Beberapa waktu lalu saya mengunjungi wilayah Kabupaten Kupang NTT. Sebagaimana kita tahu bahwa Kupang NTT adalah wilayah dengan topografi umumnya beriklim tropis dan kering yang juga cenderung dipengaruhi oleh angin dan dikategorikan sebagai daerah semi arid karena curah hujan yang relatif rendah keadaan vegetasi yang didominasi savana dan stepa. 

Tofographi yang seperti ini menimbulkan isolasi fisik, isolasi ekonomi dan isolasi sosial, apalagi oleh kurangnya dukungan infrastruktur seperti jalan dan jembatan diberbagai kecamatan. Sementara transportasi kepulau-pulau tertentu seringkali agak mahal karena rendahnya frekwensi sarana perhubungan kebeberapa pulau, dimana hal tentunya juga mempengaruhi harga barang dan jasa dipulau-pulau tertentu.

Namun ditengah situasi alam yang sulit dan terbatas tersebut saya menemukan oase-oase karya pendampingan kepada masyarakat dan kepada jemaat yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terus berkarya untuk mengembangkan dan memberdayakan jemaat dan masyarakat. 

Sebelum memulai kunjungan ke lapangan, kami diterima untuk makan siang bersama dengan rombongan Yayasan Elphia Sejahtera yang akan bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia. Santap makan siang dalam suasana perjamuan kasih dengan makanan khas NTT memberikan rasa kenyang dan nikmat untuk tubuh yang sehat serta keakraban satu dengan yang lain.

Selanjutnya kami mengunjungi desa dampingan WVI yaitu Desa Oesusu, Kecamatan Takari yaitu suatu daerah yang berjarak sekitar 60-80 kilometer dari Kota Kupang. Di sana kami bertemu dengan sekretaris desa dan beberapa kepala dusun. Kabar gembira kami dapati bahwa Desa Oesusu merupakan desa yang sudah dinyatakan menjadi desa layak anak. Program-programnyanya adalah perlindungan anak, deklarasi desa layak anak. Di bidang kesehatan untuk kader posyandu, kesehatan anak dan ekonomi keluarga.

Berbagai intervensi program seperti penanganan stunting dan gizi buruk menjadi priorita sebagai respon partisipasi utk pangan lokal. Kendala dan tantangan yang masih dihadapi antara lain: masih ada 130 anak yang belum mendapatkan akta kelahiran karena orang tua juga tidak mempunya akta nikah. Karena terbatasnya akses, maka anak-anak dari 2 (dua) dusun sering terlambat hadir ke sekolah karena harus menempuh perjalanan 16 kilometer pulang pergi menuju sekolah

Upaya-upaya untuk mengembangkan kemitraan dengan perangkat desa dan stake holder lolal dilakukan dengan berbagai kegiatan: Ada kegiatan kunjungan ke anak-anak dan juga working group untuk anak-anak. Kegiatan anak-anak dalam mengembangkan potensi, bakat dan talenta mereka dalam bidang olahraga, keterampilan hidup serta keterampilan seperti berpidato dsb. Pelibatan anak dalam musrembang dan penentuan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa).

Pemberdayaan Jemaat

Selanjutnya kami mengunjungi dua gereja dan dua orang pendeta masih diwilayah Oesusu dan juga desa Ekateta. Berjumpa dengan hamba-hambaNya yang luar biasa berjuang mengasuh spiritualitas jemaat dan memberdayakan ekonomi jemaat melalui usaha-usaha yang dilakukannya. Di Oesusu ada kerinduan ibu Pendeta mengembangkan potensi jemaat melalui peternakan lele. Akan tetapi terkendala air yang bisa dialirkan ke bagian bedeng-bedeng yang sudah disiapkan. Sedangkan di Ekateta, Pdt Ferdy Didok menggunakan lahan halaman gereja dengan bercocok tanam berbagai jenis tenaman mulai dari cabe, sawi dan sebagainya. Setiap sore secara bergantian jemaat dilibatkan dalam menyiapkan lahan, menyirami bedeng-bedeng yang sudah diolah dan disiapkan serta menanami dengan tanaman-tanaman yang sudah disiapkan.

Tantangan dan kendala yang dihadapi adalah ketersediaan air. Untuk sementara air masih beli secara tangka, dengan jumlah 1 (satu) tangki dengan harga kisaran 250 rb-300 rb yang hanya bisa dipakai untuk menyirami tanaman tersebut selama 3 hari. Namun di tengah tantangan dan kendala tak menyurutkan semangat dan harapan untuk menumbuhkan ekonomi jemaat dengan menumbuhkan lahan dengan tanam-tanaman yang bisa dipanen sebagai bagian dari ketahanan pangan dan ekonomi jemaat.

Pola pengembangan dan pemberdayaan jemaat menggunakan model 3K yaitu Kebun, Kandang dan kolam. Di lahan depan gereja Pdt Ferdy mengolah lahannya bersama jemaat untuk bercocok tanam dan membuat kolam ikan. Sedangkan di bagian belakang gereja, ada 2 kandang untuk ternak ayam, dan 1 kandang untuk beternak babi. Konsep 3 (tiga) K sangat cocok dan kontekstual untuk pengembangan dan pemberdayaan jemaat dan masyarakat. Diharapkan melalui kemitraan dan juga bantuan untuk pengembangan masyarakat akan makin terwujud kesejahteraan dan peningkatan ekonomi jemaat dan masyarakat.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home