Loading...
BUDAYA
Penulis: Reporter Satuharapan 18:40 WIB | Selasa, 03 September 2019

Pembuat Film yang juga Penderita Autisme, Bersinar di Festival Film Lokal

Isaac Doman dengan kameranya. (Foto: Ninti Media)

AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM – Seorang pemuda berusia 19 tahun dengan autisme, asal Kangaroo Island, Australia Selatan, mendapatkan penghargaan karena kemampuannya membuat film, lewat dua karya yang ditampilkan di sebuah festival film lokal.

Isaac Doman didiagnosis menderita autisme pada usia dua setengah tahun, dan (berkomunikasi) nonverbal sampai ia berusia delapan tahun.

Dua film pendeknya, Death of a Rose and Disconnected, ditampilkan dalam From The Heart Film Festival di Kangaroo Island, sebuah acara berbagi cerita yang mengangkat dan menginspirasi dari seluruh Australia.

Ibu Doman, Monique Hayward, mengatakan pembuatan film membantu putranya membuat koneksi dengan orang-orang dan masyarakat luas.

“Isaac berjuang di sekolah dasar karena ia tidak memiliki komunikasinya dan apa yang ia ingin lakukan adalah memiliki mentor yang seumur dengannya,” kata Monique Hayward kepada Evelyn Manfield dari ABC, yang menuliskan laporan tentang Isaac Doman.

Doman mengenang tahun-tahun pertamanya bersekolah sebagai tahun-tahun yang membuatnya tidak bahagia, apalagi pada awalnya ia ditolak masuk sekolah umum.

“Berhubungan dengan siswa lain adalah perjuangan ... karena saya mungkin tidak tertarik pada apa yang diminati anak-anak lain,” katanya.

Keluarga itu kemudian pindah ke Kangaroo Island, pulau di lepas pantai Adelaide. Di tempat baru itu ia bisa mendaftar di unit khusus di Kampus Kingscote Pendidikan Komunitas Kangaroo Island, kemudian masuk ke sekolah umum.

Di situlah Isaac Doman mengembangkan hasrat untuk menekuni seni, dan menyadari imajinasinya yang liar dapat membantunya membangun karier di bidang seni.

Mata untuk Detail

Monique Hayward menyebut cara putranya berpikir tentang berbagai hal justru meningkatkan kemampuannya membuat film, bukannya menghambat.

“Orang-orang di industri film kan sebenarnya merangkul cara-cara unik dan pemikiran yang berbeda.”

Pada tahun terakhir sekolah menengahnya, Isaac Doman mempersembahkan storyboard untuk film yang memenangkan penghargaan Ninti Media.

Direkturnya, Daniel Clarke, segera mengenali potensi Doman.

“Itu adalah storyboard yang sangat detail, storyboard yang belum pernah kami lihat dalam hal detail dari setiap pengambilan gambar dan setiap frame.”

 “Terpikir, ‘Wah, bocah berumur 12 tahun ini, keluar dari sekolah dan punya waktu untuk membayangkan film pendek yang menakjubkan ini’,” kata Clarke.

Storyboard itu, untuk Death of a Rose, salah satu film yang diputar di festival, film pasca-apokaliptik, membahas masalah limbah nuklir.

“Gagasan itu muncul karena saya khawatir bagaimana negara-negara tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hanya membuang limbah nuklir ke laut,” kata Doman mengenai ide yang melatari filmnya.

Film kedua, Disconnected, kata Doman, adalah kumpulan dari lima cerita pendek yang berbeda - mengeksplorasi bagaimana media sosial berdampak pada orang yang berbeda dengan cara yang berbeda.

Autisme: Berbeda, bukan Cacat

Keluarga Doman tidak menyebut kondisi Isaac sebagai cacat. Mereka hanya menyebutnya sebagai anak yang “berbeda”, sesuatu yang menguntungkan karier pembuatan filmnya yang muncul dalam banyak hal.

Isaac Doman juga tertarik untuk menghilangkan stereotip yang sering mengelilingi autisme.

“Hanya karena saya orang dalam spektrum autisme, itu tidak mendefinisikan saya sama dengan orang lain yang mungkin menderita autisme,” katanya.

Komunitas yang Unik

Kurang dari 5.000 orang tinggal di Kangaoo Island, dan Isaac Doman dan ibunya mengatakan kondisi itu berperan besar dalam keberhasilannya dalam pembuatan film dan sekolah.

“Kami memiliki komunitas yang benar-benar inklusif dan merangkul di Kangaroo Island ini,” kata Monique Hayward.

“Cukup unik wilayah itu, dalam hal bahwa jika Anda punya mimpi atau tujuan nyata, masyarakat tampaknya benar-benar mendukung Anda. Dan, itu sesuatu yang tidak akan Anda alami di kota besar,” katanya.

“Ini adalah komunitas yang saya pikir akan dilupakan oleh Australia yang lebih luas, tetapi saya pikir itulah justru yang membuat komunitasnya lebih dekat satu sama lain,” kata Clarke. (abc.net.au)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home