Pemimpin Katolik Desak AS Akui ISIS Lakukan Genosida Kristen
Batas waktunya 17 Maret.
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM - Satu dekade telah berlalu sejak Pastor Douglas al-Bazi diculik dan giginya dipreteli oleh ISIS di Baghdad, sebuah mimpi buruk yang masih menghantui imam Katolik Khaldea itu. Kengerian tersebut menjadi bahan bakar penggerak semangatnya untuk mengkampanyekan agar kekejaman yang dialami oleh umat Kristen di Irak digolongkan sebagai genosida.
"Saya di sini untuk memberitahu dunia, 'Apakah Anda menyadari apa yang terjadi atau tidak? Apakah Anda akan membantu atau tidak?," kata al-Bazi di Washington pekan ini, seperti diberitakan oleh The Washington Times.
Kunjungannya ke Washington bertujuan untuk menyoroti keengganan pemerintahan Obama untuk secara resmi mengakui bahwa genosida terorganisir yang menargetkan komunitas Kristen kuno sedang berlangsung di Irak dan Suriah.
Menurut beberapa perkiraan, ada sebanyak 2 juta orang Kristen dari berbagai denominasi di Irak pada tahun 2003. Saat ini, tidak sampai 300.000, kata Pastor al-Bazi, yang melarikan diri dari Baghdad tiga tahun lalu ke kota Kurdi dari Erbil, di mana puluhan ribuan pengungsi Kristen tinggal di 17 kamp pengungsi darurat.
"Bekas paroki saya di Baghdad beranggotakan 2.600 keluarga. Ketika saya pergi, yang tersisa kurang dari 300 keluarga," kata imam berusia 43 tahun, yang mencoba selama bertahun-tahun untuk mempertahankan parokinya bersama-sama umatnya setelah selamat dari upaya penculikan pada tahun 2006.
"Saya tahu derita mereka. Jadi saya tidak menyalahkan orang-orang ketika mereka memutuskan untuk pergi."
Dia berbicara dengan nada yang tenang, rendah hati dalam wawancara dengan The Washington Times yang diusahakan oleh Knights of Columbus - persaudaraan organisasi Katolik terbesar di dunia.
Laporan ini menguraikan 1.100 orang Kristen telah tewas di negara itu sejak tahun 2003, sementara ratusan ribu telah melarikan diri ke negara-negara tetangga karena gereja dan rumah mereka menjadi sasaran, pertama oleh milisi al Qaeda di Irak dan kemudian oleh ISIS.
Laporan ini juga menjabarkan argumen hukum yang jelas mengapa pejabat AS harus menyatakan bahwa orang Kristen di Irak dan Suriah adalah korban genosida yang dilakukan oleh kelompok teroris, atau ISIS.
"Ruang lingkup laporan ini jelas menunjukkan bahwa terjadi genosida dan harus dinyatakan demikian," kata Andrew T. Walther, wakil presiden komunikasi dan perencanaan strategis untuk Knights of Columbus.
Paus Fransiskus dan beberapa kandidat calon presiden AS, termasuk Partai Republik Ted Cruz dan Marco Rubio, dan kandidat calon presiden Partai Demokrat terdepan, Hillary Clinton, telah menyebut apa yang terjadi pada orang-orang Kristen dan minoritas lainnya di Timur Tengah adalah genosida.
17 Maret Batas Waktu
Pemerintah AS telah lama enggan untuk mengadopsi sebutan genosida, karena akan membawa serta kewajiban formal di bawah hukum internasional dan, dan dalam beberapa kasus, dapat membuat penyelesaian krisis internasional lebih sulit untuk dicapai.
Ketika ditekan pada awal Februari mengapa pemerintahan Obama mengelak menggunakan kata geosida, juru bicara Gedung Putih, Josh Earnest mengatakan, "Pemahaman saya adalah bahwa penggunaan istilah tertentu memiliki konsekuensi hukum, dan banyak pengacara yang sedang mempertimbangkan apakah tepat atau tidak menggunakan istilah itu dalam dalam skenario ini."
Namun, parlemen Uni Eropa bulan lalu menyetujui resolusi yang menyatakan kampanye ISIS terhadap Kristen dan minoritas agama lainnya merupakan genosida, dan anggota parlemen dari kedua belah pihak di Washington menekan Obama untuk mengikutinya.
Anggota parlemen AS diam-diam memasukkan ketentuan dalam RUU pengeluaran omnibus yang disahkan akhir tahun lalu untuk memaksa Menteri Luar Negeri John F. Kerry menyatakan secara terbuka pada 17 Maret mendatang apakah telah terjadi genosida.
Komite luar negeri DPR AS pekan lalu dengan suara bulat menyetujui sebuah resolusi yang menyatakan bahwa ISIS telah melakukan pembantaian terhadap umat Kristen, Yazidi dan minoritas etnis dan agama lain di Timur Tengah.
Debat tentang masalah tersebut telah berputar-putar sejak Juni 2014, ketika ISIS mengejutkan dunia dengan menduduki kota Mosul, sebuah langkah yang mengakibatkan pengusiran secara cepat sekitar 60.000 orang Kristen.
Menlu AS, John Kerry, baru dua bulan kemudian mulai membuka pengakuan tentang adanya genosida, setelah ISIS mengepung puluhan ribu kaum Yazidi, di dekat Gunung Sinjar.
"Kampanye teror ISIS terhadap orang yang tidak bersalah, termasuk Yazidi dan minoritas Kristen, dan tindakan-tindakan genosida," kata Kerry.
Kamus Merriam-Webster mendefinisikan genosida sebagai "penghancuran yang disengaja dan sistematis atas satu kelompok ras, politik, atau budaya."
Ada kasus dan argumen atas berbagai genosida sepanjang sejarah. Salah satu contoh yang paling sering dikutip adalah penganiayaan dan pembunuhan jutaan orang Yahudi oleh Nazi pada rentang waktu 1941-1945.
Kelompok pro-Kristen seperti Knights of Columbus sangat marah pada keengganan pemerintahan Obama untuk mengakui adanya genosida.
"Pertanyaan sesungguhnya adalah, apakah Departemen Luar Negeri ingin berdiri sendiri di panggung dunia sebagai pembantah genosida?" Kata Walther, dari Knights of Columbus.
"Ketika kita berbicara tentang genosida, itu sistematis. Kami akan hilang dalam waktu lima tahun, " kata pastor al-Bazi.
"Kami percaya Amerika memiliki peran besar untuk dimainkan dengan mengakuinya sebagai genosida untuk kemudian mengambil tindakan," kata al-Bazi.
Editor : Eben E. Siadari
India Rayakan Diwali, Menyalakan Lampu Tanah Liat Yang Jumla...
LUCKNOW-INDIA, SATUHARAPAN.COM-Jutaan warga India mulai merayakan festival lampu Hindu tahunan, Diwa...