Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 07:59 WIB | Rabu, 28 Desember 2016

Pemimpin Korut Ganti Natal dengan Peringatan HUT Nenek

Ilustrasi. Foto yang diambil pada 28 November 2016 ini menampilkan seorang pekerja yang tengah berjalan dengan latar foto pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung dan Kim Jong-Il di Pyongyang. (Foto: AFP/Ed Jones)

PYONGYANG, SATUHARAPAN.COM – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un  memutuskan   umat Kristen di negara tersebut tidak merayakan Natal setiap tanggal 25 Desember, melainkan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) neneknya, Kim Jong Suk.

Seperti diberitakan Christian Daily, hari Selasa (27/12), Kim Jong Suk, adalah istri dari diktator pertama Korut, Kim Il-Sung.

Kim Jong Suk lahir pada 24 Desember 1919 dan meninggal pada tahun 1949 dari penyebab misterius. Menurut New York Post yang dikutip kembali Christian Daily, Jong Suk dijuluki sebagai "Ibu Revolusi yang Suci" karena usahanya dalam memerangi pasukan Jepang. Banyak orang memperingati hari ulang tahunnya dengan mengunjungi makamnya pada malam Natal. 

Kim Jong Un dikabarkan ingin melarang Natal di Korea Utara. Bahkan pada 2014, dia pernah  mengancam akan melancarkan perang habis-habisan dengan Korea Selatan ketika ia mendengar tentang rencana Korea Selatan untuk memasang pohon Natal raksasa di sepanjang perbatasan.

Pohon Korea Selatan Natal tidak pernah didirikan, tetapi ada beberapa pohon Natal ditemukan di Pyongyang.

Menurut Toronto Star yang dikutip kembali Christian Daily, pohon terang tersebut hanya sekadar pohon penanda liburan, tanpa memperlihatkan bayi Yesus Kristus.

Tidak ada jejak kelahiran Yesus dapat dilihat pada pohon Natal Pyongyang. Mereka hanya dihiasi dengan lampu dan ornamen mengkilap.

Adapun lagu-lagu Natal, hanya versi instrumental dari lagu-lagu "Let It Snow" dan "White Christmas" yang mendengar yang dimainkan di ibu kota Korut. Perayaan Natal di negara tertutup telah dilucuti dari setiap makna keagamaan.

Sebelum awal 1950-an, Pyongyang digunakan untuk menjadi rumah bagi kelompok Kristen terbesar di Korea, termasuk menjadi rumah singgah seorang uskup Katolik. Namun, hal berubah ketika rezim Kim Jong Un melancarkan tindakan keras terhadap kegiatan Kristen di Korea Utara.

Gereja-gereja Kristen dan kelompok agama  diizinkan di Korea Utara, tapi mereka berjalan di bawah persyaratan yang sangat ketat. Di Pyongyang, hanya ada empat gereja yang disetujui oleh pemerintah. Gereja Katolik tidak memiliki salib, dan mereka yang memimpin layanan yang ditunjuk oleh negara bukan dari Vatikan. (christiandaily.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home