Pemimpin Spiritual Yazidi, Irak, Dikenal sebagai Pria Perdamaian, Meningal Dunia
MOSUL, SATUHARAPAN.COM-Minoritas Yazidi Irak memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin spiritualnya, Baba Sheikh Khurto Hajji Ismail, pada hari Jumat (2/10). Dia telah membimbing umatnya melewati kengerian akibat pendudukan kelompok militan ISIS.
Sheikh Baba meninggal pada Kamis (1/10) malam pada usia 87 tahun, kata kantornya. Pemakaman diadakan hari berikutnya sesuai tradisi Yazidi, menandai dimulainya masa berkabung selama sepekan setelah putranya akan diurapi sebagai penerus.
Ratusan pria dan wanita Yazidi muncul dengan pakaian tradisional untuk prosesi pemakaman di kota Sheikhan, utara kota Mosul, kota terbesar kedua Irak di Provinsi Niniwe.
Kepemimpinan Sheikh Baba dipuji karena membantu masyarakat menghindari kehancuran setelah pembantaian, pernikahan paksa, dan perbudakan seks oleh kelompok ISIS.
Yazidi memiliki keyakinan mereka harus menikah dengan orang dari kaumnya, konversi tidak diizinkan dan secara tradisional mereka yang menikah di luar dikucilkan. Namun setelah ribuan perempuan Yazidi diculik oleh ISIS dan secara paksa dinikahkan dengan pejuang Muslim Sunni, Baba Sheikh berkhotbah tentang belas kasihan bagi mereka yang selamat, dengan alasan bahwa mereka tidak boleh diperlakukan sebagai orang buangan karena kengerian yang mereka alami.
Nadia Murad, 26 tahun, yang dijadikan budak seks di bawah ISIS dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian untuk karyanya yang menyoroti kengerian aturan kelompok tersebut, mengatakan bahwa komunitas tersebut telah kehilangan "suar cahaya", yang "merawat para penyintas Yazidi dengan cinta dan rasa hormat.”
Seorang "Pria Perdamaian"
Pemerintah Irak memberikan penghormatan kepada "Pria Perdamaian" yang telah mengkhotbahkan "persaudaraan dan persahabatan." Orang Yazidi, yang hampir semuanya berbahasa Kurdi, merupakan minoritas di dalam minoritas dan berulang kali menghadapi penganiayaan sepanjang sejarah 4.000 tahun kehidupan mereka.
Mereka bertahan di dua daerah kantong terpencil di Irak, satu di sekitar Sheikhan di Dataran Niniwe dan satu di Pegunungan Sinjar di barat laut.
Ketika ISIS memasuki desa-desa Yazidi di Pegunungan Sinjar pada tahun 2014, ada 550.000 Yazidi di sana dari total 1,5 juta di seluruh dunia, termasuk negara-negara tetangga dan diaspora. Tiga tahun kemudian, ribuan orang meninggal dan hampir 100.000 orang melarikan diri ke luar negeri.
Lebih dari 6.400 perempuan Yazidi diculik, di antara mereka hampir setengahnya selamat untuk pulang, menurut pihak berwenang Kurdi. Nasib banyak orang lainnya mungkin tidak akan pernah diketahui. Ribuan lainnya mengungsi di Irak dan pihak berwenang telah berjuang untuk membujuk mereka agar kembali ke rumah leluhur mereka.
Di samping pemimpin spiritual mereka, Yazidi juga memiliki pemimpin atau pangeran sekuler. Pangeran saat ini adalah Hazem Tahsin Bek yang mulai memegang jabatan itumengambil pada Juli tahun lalu. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...