Loading...
FOTO
Penulis: Bayu Probo 10:11 WIB | Kamis, 05 Desember 2013

Pemuda Gereja dan Santri, Bersama Produksi Film Perdamaian

Pemuda Gereja dan Santri, Bersama Produksi Film Perdamaian
Berbagai adegan dalam film RIP. (Foto-foto: Purnawan Kristanto)
Pemuda Gereja dan Santri, Bersama Produksi Film Perdamaian
Forum Kebersamaan Umat Beragama (FKUB-Kebersamaan) berbeda dengan Forum Kerukunan Umat Beragama bentukan pemerintah.
Pemuda Gereja dan Santri, Bersama Produksi Film Perdamaian
Film ini kerja sama antara pemuda gereja dan santri.

KLATEN, SATUHARAPAN.COM – Nyaris terjadi bentrok antaragama di desa Samirukun. Dua kelompok massa yang membawa pentungan dan obor dengan wajah garang bertemu di tengah desa.  Kelompok Kristen marah karena pendetanya dicoba diracun. Kelompok Islam marah karena kota infaq mereka dicuri. Akan tetapi, bentrokan berhasil dicegah oleh pemuka agama.

Ini adalah adegan puncak dari film pendek yang diproduksi oleh Forum Kebersamaan Umat Beragama (FKUB) di Klaten. Mereka membuat film ini karena gelisah melihat maraknya aksi-aksi intoleran. Uniknya, keseluruhan produksi film ini hanya digarap oleh umat dari berbagai agama. Ide cerita tercetus dalam pertemuan arisan.  Awak produksi diserahkan kepada pemuda Gereja Kristen Jawa (GKJ) Klaten. Lokasi syuting di pondok pesantren Sunan Muttaqien. Pemain-pemainnya dari berbagai agama.

Film yang berjudul “RIP (Rukun Itu Perlu)” ini sengaja dikemas bernuansa komedi. “Tujuannya untuk menarik minat penonton,” kata Purnawan Kristanto, produser film (5/12) di rumahnya, pastori GKI Klaten. “Film ini akan diputar di semua komunitas anggota FKUB Kebersamaan. Diharapkan film ini dapat mempromosikan nilai-nilai perdamaian seperti toleransi, harmonis, dan inklusif.”

Film ini adalah upaya untuk merawat multikulturalisme di Klaten. “Masyarakat Klaten memiliki sejarah panjang sebagai masyarakat plural yang hidup berdampingan dengan damai,” ujar Kyai Haji Jazuli Kasmani, koordinator FKUB Kebersamaan Klaten.

“Sejarah mencatat pada abad ke-9, ada dua kelompok agama yang hidup damai di Klaten  yaitu agama Hindu Syiwa dari dinasti Sanjaya dan agama Budha Mahayana dari wangsa Syailendra,” tambah pengasuh pondok pesantren Sunan Muttaqien ini.  Masuknya agama Islam, Kristen dan Kong Hu Cu ke wilayah Klaten  makin menambah pluralitas masyarakatnya. Meski demikian, setiap komunitas dapat menjalankan ibadah dan diakui keberadaannya. Tidak hanya itu, di antara pemeluk agama juga hidup berdampingan dengan damai serta dapat bekerja sama. Di dalam wadah Forum Kebersamaan Umat Beriman (FKUB), masyarakat Klaten lintas iman mengadakan aksi-aksi bersama. Misalnya: aksi penjualan kebutuhan pokok dengan harga murah, pemeriksaan kesehatan gratis, merespons bencana dan melakukan penghijauan.

“Pembuatan film ini juga memberi bukti bahwa antarumat beragama sebenarnya dapat bekerja sama untuk bangsa ini,” kata ulama yang biasa disapa Gus Jaz ini.

Film ini sekarang sedang dalam proses edit. “Rencananya, film akan diuncurkan pada Januari 2014,” kata Purnawan. “Diedarkan dalam bentuk DVD. Diputar di gereja, masjid, vihara, pura yang jadi anggota FKUB Kebersamaan. Selain itu akan dikirim ke 200 FKUB di Indonesia.” Purnawan melanjutkan, “Di Klaten ada dua FKUB, ‘FKUB plat merah’ dan ‘FKUB plat hitam’. Nah, kami ini adalah FKUB plat hitam yang benar-benar berangkat dari masyarakat. Itu sebabnya disebut FKUB Kebersamaan untuk membedakannya dengan FKUB Plat merah,” kata penulis buku-buku permainan untuk Sekolah Minggu ini.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home