Loading...
RELIGI
Penulis: Melki Pangaribuan 14:46 WIB | Jumat, 04 September 2020

Pemuda Katolik Diharapkan Perjuangkan Terbitnya IMB Gereja

Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro didampingi Direktur Urusan Agama Katolik berfoto bersama Pengurus Pemuda Katolik, Selasa (1/9). (Foto: bimaskatolik.kemenag.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro, menerima kunjungan Pengurus sekaligus Tim Penerbitan Buku 75 Tahun Pemuda Katolik Indonesia di ruang kerjanya, di Gedung Kementerian Agama RI, Selasa, (1/9).

Kedatangan pengurus Pemuda Katolik tersebut bertujuan membahas perkembangan Pemuda Katolik di Indonesia sekaligus persiapan perayaan 75 tahun berdirinya Pemuda Katolik di Indonesia, salah satunya melalui penerbitan sebuah buku.

Melihat sekilas sejarahnya, Pemuda Katolik lahir pada 15 November 1945 dengan nama Angkatan Muda Katolik Indonesia, ketika Kongres Umat Katolik Seluruh Indonesia pada Desember 1949, namanya menjadi Muda Katolik Indonesia, dan pada Juni 1960 saat Kongres di Solo namanya menjadi Pemuda Katolik hingga sekarang.

Pemuda Katolik mempunyai visi yaitu menjadi organisasi kader yang handal bagi kaum muda Katolik dalam berkiprah untuk Gereja dan Tanah Air. Misinya adalah mewujudkan kader-kader muda Katolik yang berjiwa Kristiani dan memiliki semangat kebangsaan.

Dirjen Bimas Katolik Bayu Samodro yang didampingi Direktur Urusan Agama Katolik Albertus Triyatmojo, menerima dan menyambut baik kedatangan beberapa Pengurus Pemuda Katolik (PK).

Beberapa pengurus yang hadir tersebut adalah Simon R., Kabid Perdagangan dan Industri; Alfonsus B. Say, Ketua Lembaga Hubungan Alumni PK; Robertus Bondan Wicaksono, Wasekjen Bidang Organisasi Pimpinan Pusat PK; Friederich Batari, Ketua Bidang Kominfo Pimpinan Pusat PK; dan Edward Wirawan, Waksekjen Bidang Organisasi Pimpinan Pusat PK.

Pengurus Pemuda Katolik menyampaikan ucapan selamat atas terpilihnya Bayu Samodro sebagai Dirjen Bimas Katolik.

“Kemarin ketika Bapak terpilih, kami sangat kaget. Tapi reaksi kami lebih merupakan sebuah harapan. Kemunculan sosok baru memunculkan harapan bagi kami sebagai kader-kader di organisasi Pemuda Katolik. Tantangan kami sekarang adalah bagaimana menghadirkan kader-kader Katolik dalam kancah perpolitikan nasional,” ungkap Edward Wirawan, yang juga pernah menjadi jurnalis di Majalah HIDUP.

Friederich Batari, Ketua Bidang Kominfo Pimpinan Pusat Pemuda Katolik, mengharapkan arahan, pandangan, dan harapan Bapak Dirjen Bimas Katolik terkait kiprah organisasi Pemuda Katolik.

“Kami berharap Bapak Dirjen boleh memberikan wejangan, pandangan atau arahan kepada organisasi Pemuda Katolik di Indonesia. Dalam rangka rencana menerbitkan buku, kami mengharapkan masukan atau hal-hal yang perlu dikonsolidasikan dari Bapak Dirjen,” ungkap Batari, yang juga editor di koran JPNN.

Pemuda Katolik Ikut Berjuang bagi Indonesia

Dalam perbincangan lebih lanjut, Yohanes Bayu Samodro melihat bahwa Pemuda Katolik adalah bagian yang tidak terlepas dari perjuangan Indonesia sendiri. Melihat usianya yang tidak jauh dari usia kemerdekaan Republik Indonesia, menunjukkan bahwa keberadaan Pemuda Katolik sudah melalui proses perjuangan panjang sebelumnya.

Menurut Dirjen, Pemuda Katolik itu bagian yang tidak terlepas dari perjuangan Indonesia sendiri. Melihat usianya yang seumur dengan bangsa Indonesia. Diyakini proses sebelumnya pasti sudah ada, sebelum 1945. Dua generasi yang di atas usia kita sekarang. Mungkin kita tidak dalam situasi seperti itu. Kancah perpolitikan, itu masih mengalami atau menghadapi musuh yang sama, pengaruh penjajahan.

“Bagaimana gerakan perjuangan diplomatik Pak I.J. Kasimo selaku perintis? Itu bisa dikatakan, kita tenggelam dalam periode perjalanan sejarah Orde Baru. Kita lahir pada jaman orde baru. Dimana yang terkait dengan demokratisasi dikerdilkan. Maka perjuangan I.J. Kasimo hanya  bisa kita pelajari dari beberapa buku sederhana,  dan mungkin organisasi-organisasi yang telah dibentuk dan penerusnya, itu yang meneruskan spirit-nya. Selebihnya kita tidak mengenal apapun tentang Pemuda Katolik,” ungkap Bayu, panggilan akrabnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa wajar saja ada suatu masa, tidak hanya Pemuda Katolik, tapi juga elemen-elemen masyarakat lainnya, dimana peran organisasi kemasyarakatan Katolik tidak banyak memberi kontribusi kepada masyarakat umum.

Menurutnya, kebanyakan kader-kader organisasi kemasyarakatan Katolik lebih aktif dan piawai di seputar altar atau internal Gereja Katolik. Namun, ketika keluar dari dirinya, ia seperti orang asing di negerinya sendiri.

Ia juga prihatin dengan “wajah” umat Katolik yang kurang berbaur dengan masyarakat sekitar. Itulah salah satu penyebab kesulitan mengurus IMB rumah ibadah. Selain itu, ia juga melihat semakin menyusutnya kader-kader umat Katolik yang terlibat politik atau dalam kabinet pemerintahan.

Kegiatan bersifat kaderisasi, berbangsa, bernegara, nasionalisme, letaknya belakangan. Ini konsekuensi logis dari penggalan sejarah yang teputus, situasi yang tidak memungkinkan. Diakuinya, dulu pada tahun 1960-1990, era pembangunan, umat Katolik menikmati zona nyaman, sehingga lupa pengkaderan pemuda-pemuda Katolik.

Sebuah Mimpi Katekese Kebangsaan

Di tengah kondisi seperti itu, ia menawarkan sebuah mimpi bagi umat Katolik Indonesia lewat tugas pelayanannya sebagai Dirjen Bimas Katolik bersama jajarannya. Menurutnya, katekese kebangsaan ini dimulai dari dasar, seperti katekese mulai dari baptis, orang tua calon baptis, atau baptis dewasa, komuni pertama, krisma, dan termasuk pembekalan-pembekalan lain yang ditawarkan Gereja Katolik.

Melalui kerja sama dengan keuskupan-keuskupan dan Konferensi Waligereja Indonesia, ia berencana menyusun sebuah kurikulum katekese kebangsaan. Upaya ini memang butuh persiapan dan waktu yang  lama.

Lalu dimana peran pemuda Katolik? Ia berharap ormas-ormas  Katolik, termasuk Pemuda Katolik sebagai organ Katolik bersama dengan ormas-ormas lainnya, ikut ambil bagian dalam pengkaderan umat Katolik, misalnya menjadi narasumber terkait materi katekese kebangsaan. Tujuannya  adalah untuk mewujudkan umat Katolik yang benar-benar Indonesia, yang benar-benar membaur dan menjadi bagian dari masyarakat Indonesia lainnya, sebagai minoritas yang kreatif bukan sebagai “Umat Katolik di Indonesia” bermental minoritas.

“Saya sampaikan bahwa ada suatu nilai yang hilang, yang ingin kita kembangkan, yaitu nilai-nilai kebangsaan umat Katolik. Jadi ada mimpi saya bersama teman-teman di sini, untuk membentuk suatu katekese kebangsaan. Kalau bicara soal katekese, akan sangat bersinggungan, beririsan dengan hierarki Gereja Katolik, padahal maksudnya bukan itu. Bukan untuk diiris-iris. Kita umat Katolik yang ada di Indonesia harus seiring sejalan dengan apa yang menjadi cita-cita nasional Indonesia, sekaligus juga perpanjangan tangan Tuhan untuk menyapa umat manusia seluruhnya. Kalau mengacu pada  nilai-nilai luhur Mgr. Soegiyapranoto yang sering disebut-sebut, itu masih relevan sampai hari ini ‘100% Indonesia dan 100% Katolik’. Itu sangat relevan bagi siapapun umat Katolik Indonesia,” tegasnya.

Tidak hanya Pro Ecclesia

Senada dengan Dirjen,  Albertus Triyatmojo Direktur Urusan Agama Katolik, menyampaikan bahwa peran Pemuda Katolik sangat strategis dalam menjaga Indonesia yang  berdasarkan Pancasila, bukan hanya peran di dalam Gereja Katolik. Pemuda Katolik juga dapat berperan dalam membela kepentingan Gereja Katolik, seperti pengurusan IMB rumah ibadah atau gedung gereja Katolik.

“Soal peran, kita mempunyai tugas dan peran masing-masing. Melihat keterlibatan Pemuda Katolik dalam memperjuangkan terbitnya suatu IMB rumah ibadah atau gedung gereja merupakan salah satu sumbangan strategis. Ini patut mendapat dukungan dari siapapun. Sebagaimana disampaikan Dirjen, Pemuda Katolik itu perlu Pro Patria juga bukan hanya Pro Ecclesia. Untuk itu, mari kita gaungkan bersama mimpi Dirjen tadi, menjaga ke-Indonesiaan, dalam konteks NKRI. Panggilan ormas-ormas itu sejatinya terlibat dalam politik bersama dengan ormas lainnya untuk memperjuangkan keadilan, termasuk bidang ekonomi. Ini memang tidak mudah. Tapi butuh sinergi dan perjuangan bersama,” tegas Tri, panggilan akrabnya.

Menanggapi mimpi Dirjen Bimas Katolik, Pengurus Pemuda Katolik menyambut baik dan berharap kelak dapat berpartisipasi dalam mewujudkan mimpi Dirjen tadi. Pemuda Katolik akan memberikan kontribusi terbaik bagi tanah air dan Gereja Katolik.

Pada bagian akhir pertemuan, Dirjen Bimas Katolik menitipkan salam kepada Ketua Umum Pemuda Katolik, Karolin Margret Natasa dan menunggu kehadiran buku yang akan diterbitkan.

Acara kunjungan Pemuda Katolik diakhiri dengan doa yang dipimpin langsung oleh Dirjen. (DBKat)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home