Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:46 WIB | Rabu, 12 Agustus 2015

Peneliti: El Nino Bawa Berkah Bagi Perikanan

Sungai Cisadane yang surut saat musim kemarau di Tangerang, Banten, Rabu (15/7). Debit volume air sungai Cisadane surut, akibatnya pendangkalan pun terjadi dan beberapa daerah hilir mulai mengalami kekeringan. (Foto: Antara)

KUPANG, SATUHARAPAN.COM – Fenomena cuaca El Nino berdampak buruk bagi sektor pertanian dan perkebunan serta irigasi seperti kekeringan, kebakaran hutan, gagal panen, rawan pangan, namun membawa berkah untuk perikanan dan kelautan karena jumlah ikan meningkat.

“Demikian juga dengan usaha peternakan juga tidak akan banyak berpengaruh terhadap sektor riil, karena biasanya setiap tahun para peternak lebih dahulu memilih lokasi yang memiliki sumber air cukup banyak untuk menghadapi kekeringan termasuk El Nino yang diperkirakan akan melanda 18 provinsi termasuk NTT pada Juni hingga November 2015,” kata Peneliti Perikanan dan Kelautan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Dr Feliks Rebhung di Kupang, hari Rabu (12/8).

Dia menyebut El Nino umumnya ditandai dengan menghangatnya anomali suhu di permukaan Samudera Pasifik, sehingga para nelayan yang hidup dari laut itu menyambut dengan gembira karena akan meningkatkan produksi tangkapannya.

"Ketika menghangatnya suhu permukaan, memicu salinitas yang semakin tinggi. Dengan salinitas yang tinggi, akan memicu plankton yang merupakan makanan ikan bergerak ke atas permukaan, otomatis ikan mengikuti gerakan makanan tersebut mengumpul di dekat permukaan," kata dia.

Feliks Rebhung yang juga ahli Biokimia Lipada dari Undana Kupang itu mencontohkan pada saat El Nino terakhir 1998, terjadi peningkatan produksi ikan hingga empat kali lipat, yakni dari 500 ton melonjak hingga 2.000 ton.

Dan lanjut dia, panen ikan berkat El Nino terjadi Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, Bali serta Nusa Tenggara seperti ikan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker) yang mencapai 80-98 persen di Selat Bali.

Selain itu, jenis ikan lainnya yang diperkirakan melimpah, yakni ikan tuna yang berkumpul di tengah-tengah perairan hangat dan dingin.

"Tuna ini tidak bisa bergerak langsung ke perairan dingin, otomatis dia berkumpul di kawasan pasifik atau El Nino Southern Oscillation," kata dia.

Untuk itu, ia mengimbau kepada nelayan serta pengusaha di bidang perikanan untuk memasang buoy untuk memonitor suhu permukaan laut, klorofil dan kecepatan arus.

Selain itu, perlu disiapkan fasilitas penerapan sistem rantai dingin di sepanjang Pantai Barat Sumatera dan Pantai Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam rangka penyelamatan hasil tangkapan nelayan yang melimpah.

"Sistem rantai dingin ini belum sempurna, cold storage, baik di pabrik maupun di atas kapal supaya bisa menampung banyak ikan yang berkah ini," katanya. (Ant)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home