Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:18 WIB | Senin, 30 Maret 2020

Peneliti Terus Uji Penggunaan Obat Anti Malaria untuk Atasi COVID-19

ablet yang mengandung chloroquine dan tablet yang mengandung hydroxychloroquine, digunakan dalam penelitian untuk mengobati pasien virus corona, dan peneliti masih menguji efektivitasnya. (Foto; dok. AFP)

SATUHARAPAN.COM-Obat anti malaria sedang dipelajari, dan dalam beberapa kasus digunakan, untuk mengobati atau mencoba mencegah infeksi oleh virus corona baru, walaupun belum ada bukti yang kuat tentang efektivitasnya.

Penelitian sedang dilakukan di sejumlah negara, termasuk China, Prancis dan Amerika Serikat, untuk menguji apakah pil kloroquin dan hidroksi kloroquine itu bisa berguna mengatasi pandemi yang menyebar dengan cepat.

Presiden AS, Donald Trump, mengatakan obat anti malaria "pengubah permainan," tetapi Administrasi Makanan dan Obat (FDA) dan pakar kesehatan lainnya mengatakan uji coba harus terlebih dahulu dilakukan untuk memastikan obat tersebut efektif dan aman untuk digunakan pada pasien.

Mengapa Dipertimbangkan?

Saat ini belum ada vaksin atau perawatan yang disetujui AS untuk penyakit pernapasan akibat COVID-19 yang sangat menular, dan telah menewaskan lebih dari 18.000 di seluruh dunia, sehingga pasien yang sakit parah sebagian besar hanya menerima perawatan suportif seperti bantuan pernapasan.

Di situs webnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan beberapa dokter AS telah melaporkan penggunaan hydroksichloroquine secara anekdotal pada dosis yang berbeda.

Chloroquine adalah bentuk sintetis dari quinine, yang ditemukan pada kulit tanaman cinchona (kina), dan telah digunakan selama ratusan tahun di Amerika Selatan untuk mengobati demam.

Chloroquine pertama kali disintesis pada tahun 1930-an. Sebuah versi yang disebut hydroxychloroquine, yang digunakan sejak 1950-an, dianggap kurang toksik, menurut penelitian. Kedua obat dapat menyebabkan efek samping yang serius, termasuk kehilangan penglihatan, masalah jantung atau bahkan kematian, jika digunakan secara tidak benar.

Obat ini digunakan untuk memerangi malaria, yang disebabkan oleh parasit yang menyebar melalui gigitan nyamuk, karena obat ini mengganggu kemampuan parasit untuk mencerna sel darah inang.

Para ilmuwan memiliki rincian biokimia chloroquine yang mengindikasikan bahwa itu dapat digunakan melawan beberapa infeksi virus. Ini termasuk efek antivirus langsung, seperti memblokir langkah-langkah tertentu pada virus untuk bereplikasi, dan kemampuannya untuk menekan produksi dan melepaskan protein yang terlibat dalam komplikasi peradangan beberapa penyakit akibat virus.

Selain malaria, hydroxychloroquine juga digunakan untuk mengobati lupus dan rheumatoid arthritis.

Sedang Diuji Coba

Data telah mulai muncul dari beberapa uji coba terhadap virus corona, tetapi sebagian besar informasi sejauh ini masih awal. Sebuah tim di Prancis pekan lalu mengatakan hasil awal dari percobaan terhadap 24 pasien dengan hydroxychloroquine menunjukkan bahwa 25% pasien yang diberi obat masih membawa virus corona setelah enam hari, dibandingkan dengan 90% pasien yang diberi plasebo. Tetapi percobaan ini kecil dan hasil pada pasien masih ditunggu.

Peneliti China bulan lalu melaporkan hasil uji coba yang menunjukkan bahwa pengobatan khloroquine pada pasien COVID-19 memiliki manfaat klinis dan virologi dibandingkan kelompok pembanding. Telah ditambahkan sebagai pengobatan yang direkomendasikan untuk penyakit di China, di mana virus pertama kali muncul pada bulan Desember.

Pekanini, Jurnal Universitas Zhejiang melaporkan hasil yang mengecewakan dari studi pada 30 pasien di Shanghai dengan hydroxychloroquine. Itu menunjukkan obat itu bekerja tidak lebih baik daripada perawatan standar untuk pasien dengan COVID-19.

Universitas Minnesota di AS tengah meluncurkan uji coba pada 1.500 orang untuk melihat apakah hydroxychloroquine dapat mencegah atau mengurangi keparahan COVID-19 pada orang yang terpapar virus, termasuk petugas kesehatan dan anggota keluarga dari orang yang terinfeksi. Uji coba lain juga sedang berlangsung atau akan dimulai di Inggris, Norwegia dan Thailand.

Gubernur New York, Andrew Cuomo, yang wilayahnya merupakan pusat penyebaran virus di AS dengan lebih dari 25.000 kasus, pada hari Minggu (29/3) mengatakan telah memperoleh ratusan ribu dosis obat malaria untuk digunakan dalam uji klinis. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home