Loading...
SAINS
Penulis: Febriana Dyah Hardiyanti 14:50 WIB | Senin, 20 Juni 2016

Peneliti UGM: Serangga Necrofag Bisa Identifikasi Jenazah

Ilustrasi. Fakultas Biologi UGM. (Foto: Agustyar)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Tahukah Anda ternyata serangga bisa digunakan untuk identifikasi autopsi jenazah? Sekelompok mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menguak potensi serangga, khususnya serangga necrofag sebagai penanda (marker) identifikasi dalam proses autopsi jenazah.

Mereka adalah Eric Anindita, Dini Pramesti, Hanifa Hanini, Monica Bataona, dan Diva Pungky Wicaksono.

Hanifa mengatakan proses autopsi jenazah acapkali kurang mendapat sambutan yang baik dari masyarakat karena autopsi dapat merusak beberapa organ dari jenazah. Hal tersebut tak jarang dianggap mempengaruhi kesakralan proses pemakaman. Berangkat dari hal tersebut mereka pun melakukan penelitian mengenai entoforensik.

“Entomologi forensik (Entoforensik) merupakan suatu metode autopsi jenazah yang menggunakan serangga necrofag sebagai marker identifikasi," kata Hanifa seperti dilansir dari ugm.ac.id, hari Jumat (17/6).

Serangga necrofag merupakan serangga yang bersifat pengurai.

Serangga penciri ini mampu menunjukkan perihal teknis pembunuhan yang dilakukan baik lokasi maupun waktu dilakukannya pembunuhan. Serangga necrofag telah digunakan sebagai bio marker identifikasi autopsi jenazah untuk membantu penyelidikan terhadap suatu kasus pembunuhan.

"Entoforensik dianggap cukup menguntungkan bila ditinjau dari segi peralatan yang dibutuhkan dan kesesuaian etika perlakuan jasad," katanya.

Penelitian dilakukan dengan menirukan teknis pembunuhan pada umumnya memakai hewan marmot. Hewan coba diberi perlakukan percobaan pembunuhan yaitu luka mekanik melalui dislokasi di leher, luka terbuka, pemberian reagen kimia dengan dosis berlebih dan pembakaran marmot. Marmot yang sudah dibunuh tersebut diletakan di tiga ekosistem berbeda antara lain hutan, permukiman penduduk dan sungai. Selanjutnya dilakukan pengamatan pada pagi, siang, sore dan malam hari.

Hasil penelitian menunjukkan masing-masing perlakuan percobaan pembunuhan dan lokasi peletakan marmot menghadirkan serangga pengunjung yang berbeda-beda. Kehadiran serangga khusus ini menunjukkan setiap perlakuan kematian dan lokasi pembunuhan yang dapat digunakan sebagai penciri teknis kematian, lokasi pembunuhan dan waktu dilakukannya pembunuhan berdasarkan rearing larva serangga selama bermetamorfosis.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home