Loading...
INDONESIA
Penulis: Sotyati 14:41 WIB | Sabtu, 28 Juni 2014

Pengamat: Pariwisata Bali Korbankan Pertanian

Organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) resmi mengakui sistem pengairan pertanian di Bali, subak, sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia pada Mei 2012. Sayangnya pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali banyak mengorbankan sektor pertanian. (Foto ilustrasi: Wikipedia Commons)

DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Pengamat pertanian dari Universitas Udayana (Unud) Denpasar Prof I Wayan Windia melihat pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah mengorbankan sektor pertanian.

"Padahal pertanian berkaitan erat dengan ekonomi Bali, karena jika kebudayaan Bali hancur semua sektor ekonomi di Pulau Dewata akan hancur," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Unud di Denpasar, Sabtu (28/6).

Hal itu, menurut Wayan Windia bisa terjadi karena semua sektor ekonomi di Pulau Dewata dilandasi oleh kebudayaan masyarakat setempat, khususnya pengembangan sektor pariwisata yang kini menjadi tumpuan harapan sebagian besar masyarakat setempat.

Hasil penelitian Sceto menyebutkan Bali hanya siap menampung 24.000 kamar hotel bertaraf internasional. Kenyataannya sekarang ada sekitar 4.000 hotel berkapasitas 90.000 kamar, atau hampir empat kali lipat.

Windia menjelaskan, meskipun pemerintah sejak lama mewacanakan penghentian pembangunan (moratorium) hotel, di lapangan tidak pernah terealisasi. Hal itu terjadi karena daerah-daerah di Bali masih membutuhkan pendapatan asli daerah.

"Semua itu menyebabkan runtuhnya kebudayaan Bali, padahal merupakan landasan bagi semua sektor kehidupan di Bali," ujarnya.

Windia mengutip pendapat ahli antropologi, kelemahan pembangunan di Indonesia, termasuk Bali adalah proses pembangunan terlalu bersifat melihat kepentingan jangka pendek (myopia). Hal itu bisa terjadi, karena sekarang biaya politik yang sangat mahal, sistem politik yang ditandai dengan banyaknya politik uang, dan pandangan elite yang hanya menyukai ekonomi, pertumbuhan, dan teknologi.

Mereka kurang tertarik terhadap aspek sosial, pemerataan, dan kebudayaan. Fenomena seperti itu akan terus terjadi, kalau sistem politik Indonesia tidak direformasi. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home