Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:00 WIB | Senin, 27 April 2015

Pengelolaan Sawit Harus Perhatikan Lingkungan

Ilustrasi: Konsep pengelolaan industri sawit yang lestari adalah perhatian terhadap stok karbon kawasan hutan. (Foto: bumn.go.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengingatkan perusahaan harus memperhatikan lingkungan dalam pengelolaan usaha perkebunan sawit.

“Kelapa sawit apabila tidak dilakukan secara benar akan merusak lingkungan, karena itu aturan-aturan secara ekosistem harus dijalankan,” kata Wapres di Jakarta, Senin (27/4).

Hal itu dikatakan Wapres seusai membuka acara "Tropical Landscape Summit: A Global Investment Opportunity" yang digelar Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Acara tersebut dihadiri mantan presiden Meksiko Felipe Calderon, Wakil Sekjen PBB dan Associate Administrator UNDP Gina Casar, serta sejumlah menteri Kabinet Kerja.

Wapres mengatakan, saat ini Indonesia termasuk pengekspor sawit terbesar di dunia.

Menurut dia, memang ada beberapa permasalahan terkait pengelolaan sawit yang harus diperbaiki dari sumbernya, misalnya, tidak menanam di hutan alam dan tetap harus memperhatikan lingkungan.

Tapi menurut Wapres, sawit juga memberikan dampak positif seperti menambah devisa negara, membuka lapangan kerja, dan menutup hutan yang sudah gundul.

Ia juga mengatakan, usaha menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab semua negara, baik negara berkembang maupun maju.

"Menjaga lingkungan ini butuh kerja sama, bukan hanya tanggung jawab Indonesia dan negara berkembang lainnya, tapi seluruh dunia," katanya .

Dia mengatakan, banyak kebijakan yang sudah dilakukan Indonesia untuk menerapkan efisiensi dan mengurangi dampak kerusakan serta yang ramah lingkungan.

Misalnya, katanya, dari segi tambang, Indonesia tidak lagi mengekspor mineral mentah tapi mengharuskan adanya smelter, untuk memproses bahan mentah tersebut.

"Ada banyak hal yang kita lakukan dan untuk melaksanakan apa yang kita sepakati. Mari lakukan bersama jangan menyalahkan Indonesia dan negara-negara tropis, tapi masih menggunakan furniture murah dari kami seharusnya negara maju membayar lebih," katanya.

Ia mengemukakan, tentang upaya saling bekerja sama antara negara maju dan berkembang terkait dengan pelestarian lingkungan.

"Untuk itu, negara maju jangan hanya meminta untuk melindungi lingkungan, tapi juga menghormati negara berkembang dan saling bekerja sama," katanya.

Ia mengatakan Indonesia juga membuka peluang investasi yang ramah lingkungan, misalnya di bidang energi terbarukan.

“Kami juga memberikan insentif, kepada dunia usaha yang mau investasi yang ramah lingkungan memberikan harga yang lebih tinggi untuk membeli energi panas bumi, termasuk juga keringanan pajak," katanya. (Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home