Loading...
BUDAYA
Penulis: Sotyati 18:31 WIB | Jumat, 06 Juli 2018

Pengungsi Suriah Luncurkan Brand Sneaker Mewah di Prancis

Daniel Essa, pengungsi Suriah, dengan sepatu karyanya. (Foto: Middle East Monitor)

LILLE, PRANCIS, SATUHARAPAN.COM – Daniel Essa belajar mode di Damaskus, ibu kota Suriah, dengan harapan dapat membangun karier di tanah airnya kelak. Tetapi, ia terpaksa mengubur harapan dan impiannya. Ia melarikan diri ketika perang terus berkecamuk.

Langkah membawanya ke Lille, di dekat perbatasan dengan Belgia. Ia menetap di sana.

Ketika Essa melarikan diri dari Suriah pada tahun 2014, ia menghadapi masa depan yang tidak pasti sebagai pengungsi di Prancis. Ia hanya mengenal beberapa orang, dan sedikit orang Prancis.

Sekarang, seperti diberitakan english.alarabiya.net, Daniel Essa, 30 tahun, berhasil menjual sepatu kets mewah produknya sendiri kepada orang kaya Paris, dan Hollywood.

Tampilan sepatu kulit produknya sederhana, namun chic. Tanpa tali seperti lazimnya sepatu kets, sebagai gantinya adalah aksen strip kain melar menjadi ciri khasnya. Sepatu produknya dijual dengan harga rata-rata $ 390, atau sekitar Rp5,6 juta.

Aktris Whoopi Goldberg tercatat sebagai salah satu pemesan sepatunya. Essa bercerita kepada Reuters, Goldberg kepincut model sepatu temannya, yang ia temui di salah satu peragaan busana di Amerika. Teman itu mengenakan sepatu Essa. Goldberg langsung memesan setelah mencari tahu perancangnya.

Kini, di butiknya, Essa menyediakan 28 model sepatu. Sepatu, dengan nama brand sama seperti namanya, sudah dijual di Beverly Hills, Paris, dan Ajaccio, Corsica.

Ia membuka toko pertamanya pertengahan Juni lalu.

Seluruh Keluarga Menentang

Essa mengenang, dari neneknya ia belajar menjahit. Dan, ia harus membujuk serta meyakinkan orang tuanya bahwa fashion bukan hanya untuk anak perempuan.

“Seluruh keluarga menentang, karena itu bukan pekerjaan pria. Mereka menganggap fashion itu pekerjaan wanita. Jadi itu adalah rahasia kecil kami, nenek dan saya, melakukannya di belakang keluarga saya,” katanya, seperti dilansir alarabiya.net.

Daniel Essa mengakui, sungguh keputusan yang sulit untuk meninggalkan Damaskus, yang, tidak seperti kota kelahirannya Homs, lolos dari pertempuran terburuk. Bukan hal yang mudah terutama karena Essa sudah mendirikan bengkel kerja dan menanamkan modal di ibu kota Suriah itu.

Namun, ia melihat perang sudah mulai mencapai Damaskus. “Ada serangan hampir setiap hari, dan saya melihat teman-teman, dan banyak keluarga, mulai meninggalkan negara kami, satu demi satu - tentu saja. Yang beruntung, mereka yang mampu pergi,” kata Essa, yang mengaku belum bertemu keluarganya lagi sejak melarikan diri.

Setiap pasang sepatu Daniel Essa pada bagian bawah lidah sepatu, diukir dengan kata “Kebebasan”, atau “Kisses”, atau juga “Damai”.

“Semua orang berbicara tentang perdamaian dunia. Tetapi, saya sangat berharap bahwa suatu hari dunia yang kita diami ini damai,” kata Essa.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home