Loading...
ANALISIS
Penulis: Asep Adang Supriyadi 00:00 WIB | Kamis, 23 Februari 2017

Pentingnya Faktor Manusia dalam Keselamatan Penerbangan

Ilustrasi pilot di dalam kokpit pesawat

SATUHARAPAN.COM - Seiring perkembangan industri penerbangan, beberapa tahun belakangan ini banyak bermunculan perusahaan penerbangan bertarif murah. Hal ini membawa konsekuensi makin banyak  frekuensi penerbangan karena semakin banyak orang yang mampu untuk “terbang”. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menyebutkan 72,6 juta penumpang menggunakan transportasi udara. Meningkat dari angka 68,5 juta orang di tahun 2013. Hal ini tentu membawa akibat semakin “riuhnya” penerbangan di langit Indonesia. Dan tentu secara logis bisa meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan pesawat terbang .

Masalah kecelakaan, dalam dunia penerbangan tidak pernah ada faktor tunggal. Selalu ada kombinasi seperti seperti faktor manusia (human error), pesawat terbang itu sendiri (machine), lingkungan (environment), penggunaan pesawat udara (mission) dan pengelolaan (management) (Martono, 1995).Itu sebabnya semua pihak harus berupaya dengan keras untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan penerbangan. Standar sangat tinggi pun diterapkan agar semuanya bisa tertangani dengan baik.

Frans Hawkin (1997) menjelaskan penyebab utama kecelakaan adalah SHEL yaitu  S (Sofware), H (Hardware), E (Environtment) dan L (Liveware). Software adalah aturan-aturan dan prosedur penerbangan, hardware merupakan prasarana dan sarana yang berhubungan dengan dukungan penerbangan, environment terkait dengan lingkungan, cuaca dan terakhir liveware atau manusia. Berdasarkan beberapa penelitian, faktor dominan yang mempengaruhi keselamatan penerbangan adalah manusia (Wiegmann and Shappell, 2000). Faktor liveware terkait dengan keselamatan penerbangan yang terdiri dari ground personel dan flying personel.

Personel darat adalah orang-orang yang menyiapkan dan mendukung operasional pesawat udara seperti mekanik pesawat, personel bandar udara, petugas meteorologi, petugas ATC (Air Traffic Control), Aviation Security dan sebagainya. Sedangkan personel terbang terdiri dari pilot, co-pilot, flight engineer dan cabin crew.

Interaksi dan komunikasi antar personel tersebut sangat penting. Namun, dalam dunia penerbangan pengambil keputusan tertinggi berada pada pilot sebagai captain in command. Pilot memiliki andil yang sangat besar sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Contoh betapa pilot sangat mempengaruhi keselamatan penerbangan terbukti  pada Capt. Pilot Abdul Rodjak yang mendarat darurat di sengai Bengawan Solo pada 16 Januari 2002 dengan pesawat Garuda Indonesia GA-421 jurusan Mataram-Yogyakarta. Ia dengan tenang mengendalikan pesawatnya, sehingga mampu meminimalkan korban meninggal dunia. Kepiawaain Abdul Rodjak ini mencerminkan bahwa seorang pilot yang mempunyai airmanship yang tinggi karena dia bisa menguasai segala situasi darurat dalam proses penyelesaian penyelamatan. Oleh karena itu peran airmanship dalam proses penerbangan khususnya seorang pilot harus betul-betul melekat dan tidak dapat dipisahkan.

Marsma TNI Asep Adang Supriyadi, SE, ST, MM adalah Kandidat Doktor Administrasi Publik pada Universitas Brawijaya, Malang


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home