Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 07:52 WIB | Rabu, 12 September 2018

Penundaan Vaksinasi Aceh Terancam Tsunami Rubella

Ilustrasi. Husna terkena MR pada usia kehamilan 3 bulan, menyebabkan anaknya yang kini berusia 2 tahun belum juga bisa berjalan. (Foto: bbc.com)

ACEH, SATUHARAPAN.COM – Seorang dokter anak di Aceh memperingatkan, daerah istimewa itu terancam apa yang digambarkan sebagai 'tsunami rubella', setelah Plt Gubernur Aceh meminta penundaan imunisasi karena adanya enzim babi, kendati Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (MPU) membolehkan.

Campak rubella sangat berbahaya, kata seorang dokter spesialis anak di Aceh, Aslinar, karenanya pemberian vaksin tak bisa ditunda-tunda.

"Vaksin MR sangat penting bagi anak, karena penularannya bisa berakibat cacat seumur hidup, jika tidak diatasi segera mungkin akan terjadi tsunami MR," kata Aslinar, kepada wartawan Aceh, Hidayatullah, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Selasa (11/9), di Banda Aceh.

Situasi itu, menggerakkan sejumlah ibu untuk bersuara, menyerukan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, untuk mencabut ketetapan penundaan vaksin MR.

"Semoga Bapak Plt Gubernur segera mengeluarkan pernyataan anak-anak boleh divaksin, karena Majelis Ulama Indonesia (MUI) saja sudah membolehkan, agar apa yang sudah saya alami tidak dialami oleh ibu-ibu lain yang sedang hamil," kata Husna seorang ibu yang anaknya terkena campak rubella.

Husna adalah satu dari sejumlah ibu yang resah, yang kemudian membentuk Komunitas Rumah Rubella Aceh, untuk mengkampanyekan bahaya dari dampak penyakit tersebut, dan betapa penting vaksin terhadap anak usia 9 bulan hingga 15 tahun.

"Saya terkena MR pada usia kehamilan tiga bulan, sekarang anak saya sudah dua tahun, tapi (karena terjangkit MR) untuk berjalan saja dia tidak bisa," kata Husna,

Ia mengatakan, sudah cukup anaknya yang terkena sindrom rubella dan sesegera mungkin mata rantai penularan virus campak rubella harus diputuskan. Ia menyerukan bagi ibu-ibu yang lain agar segera membawa anaknya untuk divaksin.

Pendapat senada diutarakan oleh Rita Yana. Ia ibu dari Safa yang kini berusia tujuh tahun juga mengalami sindrom rubella.

"Seharusnya Plt Gubernur Aceh segera mengeluarkan pernyataan pembolehan vaksin MR, agar tidak semakin menyebar luas di Provinsi Aceh."

"Kalau sudah terkena seperti anak saya, bisa seumur hidup sakitnya. Setiap bulan harus mengeluarkan puluhan juta. Bahkan saya sudah ke Penang, Malaysia, tapi hasilnya sia-sia," kata Rita Yana.

Masalahnya dalam sebuah pernyataan, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, meminta dilakukannya penundaan pemberian vaksin, kendati MUI Aceh sepakat dengan MUI Pusat bahwa kendati mengandung enzim babi, vaksin itu bisa digunakan.

Sementara itu, health officer badan kesejahteraan anak-anak PBB, UNICEF Indonesia, Dita Ramadonna, mengatakan penundaan penyuntikan vaksin MR sampai saat ini, mengakibatkan 84 persen populasi anak di Aceh berisiko terkena campak rubella.

"Dari semua provinsi, Aceh merupakan daerah dengan penggunaan vaksin terendah. Mungkin ketakutan warga karena mengandung enzim babi, padahal sudah ada fatwa MUI," kata Dita Ramadonna pula.

Tsunami MR

Disebutkan, satu anak yang terkena virus measle rubella (MR), dapat menularkan virus tersebut kepada 12-18 orang anak lain, jika mereka berada dalam satu tempat yang sama.

Karena penularan MR terjadi dari pernapasan dan bersin.

Dokter spesialis anak, Aslinar, mengatakan penyebaran virus MR dapat terjadi dengan cepat jika tidak dilakukan penanganan khusus, akan terjadi hal fatal bagi penerus Aceh ke depan.

"Vaksin MR sangat penting bagi anak, karena penularannya bisa berakibat cacat seumur hidup," kata Aslinar.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Faisal Ali, mengatakan MPU Aceh setuju dengan fatwa MUI pusat terkait pembolehan vaksin MR, mengingat ini sebagai kebutuhan mendesak dan masih belum adanya pengganti.

"Ini kebutuhan mendesak, dan belum adanya pengganti, jadi walaupun vaksin MR mengandung unsur babi, iya masih dibolehkan untuk disuntikkan kepada anak," kata Faisal Ali, Wakil Ketua MPU Aceh.

Sementara itu, Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh, Abdul Fatah, membenarkan penundaan penyuntikan vaksin MR untuk 1,5 juta anak di Aceh, karena adanya pernyataan yang dilakukan oleh Plt Gubernur Aceh.

"Kita sudah menyurati Pak Plt Gubernur untuk audiensi, tapi beliau masih sibuk dan berada di luar daerah, makanya sampai saat ini masih ditunda," kata Abdul Fatah, kepala bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh.

Imunisasi campak rubella masih terus menjadi polemik, karena mengandung unsur babi.

Masalahnya, tak ada pilihan lain sejauh ini, padahal rubella sangat mengancam. Karenanya Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang membolehkan penggunaan vaksin MR ini.

Betapa pun, masih ada kalangan yang tetap mengambil kebijakannya sendiri, seperti MUI Riau dan Plt Gubernur Aceh.

Data Kementerian Kesehatan sejak Januari hingga Juli 2017 mencatat sebanyak 8.099 suspek campak rubella, dengan 1.549 kasus positif rubella, lalu turun drastis pascaimunisasi, dengan 1.045 suspek campak rubella, dan 176 kasus positif rubella. (bbc.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home