Loading...
BUDAYA
Penulis: Sabar Subekti 15:54 WIB | Selasa, 08 Oktober 2019

Perang dan Damai Karya Tolstoy Inspirasi Pameran PBB

Wakil Direktur Museum Tolstoy di Mosko, Nadezhda Petrova, menunjukkan koper logam berisi bagian naskah karya Leo Tolstoy, "Perang dan Damai" yang akan dipamerkan di Jenewa, Swiss. (Foto; dari un.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Bagian dari naskah asli novel epik karya penulis Rusia, Leo Tolstoy, War and Peace (Perang dan Damai), dibawa dengan pengamanan ketat ke  Jenewa, Swiss. Naskah itu akan menjadi bagian penting sebuah pameran yang menandai 100 tahun kerjasama antar negara.

Karya Tolstoy itu secara luas dianggap sebagai salah satu novel terbaik yang pernah ditulis mengenai ambisi manusia yang saling bertentangan: saling berperang  dan hidup bersama. Naskah itu, seperti diberitakan situs PBB, tiba akhir pekan lalu di bandara internasional Jenewa dari Moskow.

Naskan dibawa dalm penerbangan Swiss oleh Wakil Direktur Museum Tolstoy, Nadezhda Petrova, dalam sebuah koper logam yang berisi enam halaman karya tersebut.

Karena tingkat kelembaban yang berbeda antara Moskow dan Jenewa, naskah itu harus tetap tertutup untuk beberapa saat lagi, Petrova menjelaskan.

Dengan iringan kendaraan VIP Rusia, naskah itu dibawa dalam kawalan pasukan bersenjata menuju Fondation Martin Bodmer, di mana salah satu dari tiga pameran berlangsung itu berlangsung.

Pameran menandai ulang tahun keseratus multilateralisme di kota Swiss. Ini adalah sesuatu yang sangat didukung penulis, kata Petrova kepada wartawan.

Menentang Kekerasan

"Tolstoy selalu menentang kekerasan," katanya. “Jadi, dia selalu menentang perang. Saya pikir dia mungkin akan selalu menyerukan perdamaian. Dan semua masalah, semua masalah diselesaikan hanya dengan cara damai - melalui negosiasi."

Naskah akan berada di tempat terhormat dalam pameran "Guerre Et La Paix" (Perang dan Perdamaian). Bagian karya Tolstoy itu adalah tentang periode sebelum Pertempuran Borodino pada bulan September 1812, antara pasukan Napoleon, dan rekan-rekan Rusia mereka, yang diyakini melibatkan sekitar 250.000 prajurit dari dua pihak.

"Jadi halaman draft ini, yang ditulis antara tahun 1864 dan 1869, telah meninggalkan Rusia untuk pertama kalinya, dan ini juga adalah pertama kalinya mereka meninggalkan Museum Tolstoy di Moskow," jelas Jacques Berchtold, Direktur Fondation Martin Bodmer.

Meskipun pertempuran yang ditulis dalam karya itu menyebabkan puluhan ribu korban dan membuka jalan bagi Napoleon untuk berbaris di Moskow, pertempuran itu terbukti merupakan serangan yang pada akhirnya tidak berhasil.

Adalah kesia-siaan dan kebiadaban dalam konflik seperti ini yang ingin digambarkan oleh Tolstoy secara rinci sebagai peringatan bagi orang lain melalui tiga jilid buku  dari epos itu. Buku itu dicetak dalam lebih dari 1.000 halaman.

Masih Relevan

"Kami telah memilih percakapan yang sangat intens dan dramatis, antara tokoh protagonis dalam buku itu, Count Pierre (Bézoukhov) dan salah satu teman baiknya, seorang perwira di pasukan Rusia, dan yang akan melawan Napoleon dalam Pertempuran Borodino, ” katanya.

"Dan tepat sebelum pertempuran ini, Pangeran Andrej, yang juga seorang perwira, berbicara dengan kesedihan total. Dia mengatakan dengan sangat jelas bahwa perang tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan permainan catur, bahwa perang adalah urusan yang benar-benar kotor, menjijikkan.”

Meskipun lebih dari 200 tahun masa memisahkan dunia “Perang dan Damai” dari dunia kita sendiri, antusiasme Tolstoy dengan kondisi manusia, dan dukungannya terhadap pasifisme, tetap relevan saat ini, kata Pierre Hazan, pakar hak asasi manusia dan salah satu pendorong pameran "Guerre et La Paix ”.

“Dunia Tolstoy jelas sangat berbeda dengan kita; tetapi apa yang dipertaruhkan adalah sama, kebutuhan untuk kerukunan, kebutuhan untuk diskusi, kebutuhan untuk multilateralisme, kebutuhan untuk dialog antara budaya yang berbeda. Jadi, ya, sangat penting bahwa Tolstoy adalah bagian dari periode refleksi hari ini."

Pemeriksaan ulang atas perlunya kerja sama internasional ini dilakukan di tempat lain di Jenewa, dalam pameran di PBB dan di Komite Internasional Palang Merah, di mana Martin Bodmer adalah Wakil Presiden antara 1947 dan 1964.

Perang Yang Lain

Hubungan antara tulisan-tulisan Tolstoy dan keinginan yang lebih luas oleh beberapa negara untuk mengatasi kengerian dan ancaman yang abadi oleh perang yang terus-menerus, sangat jelas, kata Berchtold, sambil menunjuk ke salah satu pendiri Palang Merah, Henri Dunant.

"Pada tahun yang sama ketika Tolstoy  menulis “War And Peace”, Henry Dunant memilih untuk menunjukkan perang lain yang terjadi pada saat yang sama: Pertempuran Solferino, antara Prancis dan Austria, di Italia," katanya.

"Dunant menunjukkan, sedikit mirip Tolstoy, perang yang secara langsung sejaman, kekejaman, orang sekarat, korban perang yang penderitaannya tak berkesudahan."

Di kantor PBB di Jenewa, sebuah pameran tentang evolusi kerja sama internasional abad ke-20 melalui mata Liga Bangsa-Bangsa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa masih harus dicari tahu persis apa arti multilateralisme di masa lalu, dan apa artinya itu hari ini. Komunitas internasional, persaudaraan umat manusia, masih dapat membuat perbedaan secara kolektif dan positif.

Tepat setelah Perang Dunia Pertama, ketika Liga Bangsa-Bangsa didirikan, "pada waktu itu, negara-negara anggota tidak benar-benar siap untuk meninggalkan perang sebagai sarana untuk melakukan kebijakan luar negeri", jelas Stefan Vukotic, Kepala Unit Manajemen Arsip dalam Memo Kelembagaan di Perpustakaan PBB di Jenewa.

“Menjadi jelas setelah beberapa saat bahwa misi Liga Bangsa-Bangsa ini tidak akan sesukses yang mereka bayangkan, jadi mereka lebih fokus pada sisi teknis kerja sama, sehingga Liga melakukan hal-hal indah dalam hal ini yang kemudian diambil alih sepenuhnya oleh PBB ”, katanya.

Dia menegaskan bahwa PBB “belajar” dari kegagalan Liga Bangsa-Bangsa untuk mencegah Perang Dunia Kedua, Mr. Vukotic menunjukkan bahwa Piagam Pendirian 1945, secara eksplisit melarang perang sebagai cara untuk melakukan kebijakan luar negeri, kecuali dalam pengecualian keadaan. Sementara, "perjanjian Liga Bangsa-bangsa tidak secara eksplisit melarang perang, hanya meminta negara-negara anggota menahan diri dari perang jika memungkinkan," katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home