Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 00:44 WIB | Rabu, 30 November 2022

Perempuan Afghanistan pada Menteri Pakistan: “Jangan Lupakan Kami”

Perempuan Afghanistan memegang spanduk saat mereka berkumpul untuk pawai protes hak-hak perempuan di Kabul tengah, Afghanistan, 21 Oktober 2021. (Foto: dok. Reuters)

KABUL, SATUHARAPAN.COM-Sebuah kelompok perempuan terkemuka Afghanistan mendesak seorang menteri Pakistan untuk tidak melupakan penderitaan mereka saat dia mengunjungi Kabul hari Selasa (29/11) untuk membahas hubungan dengan penguasa Taliban negara itu.

Perjalanan oleh Hina Rabbani Khar, menteri luar negeri perempuan pertama di Islamabad pada 2011 tetapi sekarang menjadi menteri negara, terjadi beberapa pekan setelah Taliban memberlakukan pembatasan baru pada perempuan Afghanistan, melarang mereka mengunjungi taman, pekan raya, pusat kebugaran, dan pemandian umum.

Pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia di Afghanistan mengatakan pada hari Jumat bahwa pembatasan Taliban terhadap perempuan dan anak perempuan bisa menjadi "kejahatan terhadap kemanusiaan".

“Anda menjadi contoh status perempuan di negara tetangga kami,” kata Jaringan Perempuan Afghanistan, yang mewakili beberapa kelompok aktivis, dalam surat terbuka kepada Khar.

“Kami meminta Anda untuk menggunakan kunjungan Anda tidak hanya sebagai menteri tetapi sebagai seorang perempuan dan sebagai pemimpin perempuan Muslim untuk mendukung perempuan Afghanistan dan memperkuat solidaritas kami.”

Pakistan memiliki hubungan yang rumit dengan Taliban, dengan Islamabad telah lama dituduh mendukung Islamis garis keras bahkan saat mendukung invasi pimpinan Amerika Serikat ke Afghanistan yang menggulingkan mereka setelah serangan 9/11.

Pakistan adalah rumah bagi lebih dari satu juta pengungsi Afghanistan, dan perbatasannya yang keropos dan sering menjadi tempat bentrokan.

Pada hari Senin (28/11), Taliban Pakistan yang terpisah tetapi tumbuh di dalam negeri, yang para pemimpin dan pejuangnya telah lama beroperasi dari Afghanistan, mengatakan mereka mengakhiri gencatan senjata yang goyah dengan Islamabad.

Sejak kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu, Taliban Afghanistan bersikeras bahwa mereka tidak akan mengizinkan kelompok militan asing untuk beroperasi dari dalam negeri.

Sejauh ini tidak ada negara yang mengakui pemerintah Taliban dan kunjungan diplomat asing, apalagi perempuan terkenal, juga jarang terjadi. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home