Loading...
SAINS
Penulis: Sotyati 14:16 WIB | Kamis, 27 Oktober 2016

Peringatan Bulan Bahasa YPDJ, Kreativitas sebagai Harmoni

Peringatan Bulan Bahasa YPDJ, Kreativitas sebagai Harmoni
Lomba Debat dalam rangka Bulan Bahasa yang digelar Yayasan Pendidikan Dharma Jaya, Jelambar, Jakarta Barat, terdiri atas dua kelompok peserta, kelompok pemrasaran yang sepaham dengan materi pembicaraan melawan kelompok yang lain sebagai penyanggah. (Foto-foto: Dok Yayasan Pendidikan Dharma Jaya/Iyun A Antonio)
Peringatan Bulan Bahasa YPDJ, Kreativitas sebagai Harmoni
Lomba Musikalisasi Puisi, dalam lomba isi peserta bukan hanya menyampaikan puisi yang sudah ditulis tetapi harus menyampaikannya dalam bentuk harmoni yang indah, penampilan bisa disertai berbagai alat musik dan bunyi-bunyian.

SATUHARAPAN.COM - Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Bahasa, karena berkait erat dengan Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928, yang di antaranya menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Tahun ini Bulan Bahasa diperingati di lingkungan Yayasan Pendidikan Dharma Jaya, Jelambar, Jakarta Barat.

Peringatan Bulan Bahasa 2016 di YPDJ mengusung Tema “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar sebagai Media Informasi di Era Modern”, dengan Subtema “Kreativitas dalam Harmoni”.

Dalam pelaksanaannya, dewan guru melibatkan pengurus OSIS SMP Hati Kudus dan pengurus OSIS SMA Dharma Jaya dalam berbagai Lomba Edukasi yang digelar selama bulan Oktober 2016.

Kegiatan tersebut antara lain Lomba Pidato, Menulis Puisi, Menulis Cerpen, Debat Bahasa Indonesia, Mendongeng, Musikalisasi Puisi, dan Lomba Membuat Majalah Dinding.

Manajer Operasional Yayasan Pendidikan Dharma Jaya (YPDJ), Jelambar, Jakarta Barat, Iyun Anomsari Antonio, dalam penjelasan tertulis, mengatakan pencanangan kegiatan Bulan Bahasa selain untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda,  juga diharapkan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri siswa, sekaligus berguna sebagai wadah ekspresi  bagi siswa dalam mengembangkan bakat-bakat di bidang akademik dan nonakademik.

Iyun A Antonio juga menjelaskan, pelaksanaan kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai oase di tengah hiruk-pikuk kegiatan berbahasa asing yang tidak terarah, juga sebagai penetralisir kegiatan yang berbau foreign  minded.

Aneka Lomba

Lomba pidato bukan sekadar berbicara di depan umum. Tugas berpidato bisa jadi biasa dilakukan oleh pemimpin organisasi, pemimpin perusahaan, ataupun pejabat pemerintah. Tetapi, pidato bagi kalangan pelajar merupakan pengalaman yang luar biasa.

Kepanikan menyergap sebagian peserta menjelang berlangsungnya lomba pidato. Di pojok-pojok ruangan terlihat  beberapa siswi duduk untuk menghapal materi pidato, sementara beberapa siswa lain memilih menghapal sambil berjalan mondar-mandir dengan mulut komat-kamit.

Persiapan untuk mengikuti lomba pidato tidak jauh berbeda dengan persiapan mengikuti lomba debat. Sama-sama berbicara di depan umum serta berusaha berbicara dengan meyakinkan, siswa-siswi peserta lomba debat melakukan latihan secara berkelompok, terdiri atas tiga orang.

Siswa yang merasa kurang berminat dengan kegiatan wicara, biasanya mengikuti lomba menulis puisi, menulis cerita pendek, atau membuat majalah dinding (mading).

“Pengalaman peserta sewaktu mengikuti lomba sangat beragam. Peserta lomba menulis puisi biasanya mengalami kesulitan saat memulai menulis, bahkan sering menghapus kalimat pertama dan menggantinya. Lain lagi dengan pengalaman peserta lomba  menulis cerpen. Ada yang saking asyiknya menulis sampai-sampai sulit untuk menutup cerita. Bahkan sering bingung untuk menentukan apakah akan menutup dengan kesan sedih atau dengan kesan bahagia, happy ending,” kata Iyun Antonio.

Cinta Tanah Air

Terlepas dari semua keceriaan peserta lomba, tidak terasa para siswa terpacu untuk kreatif dalam kegiatan berbahasa. Jika kegiatan ini terus dilakukan dan ditindaklanjuti, diharapkan terbentuk rasa cinta Tanah Air di kalangan pelajar sebagai generasi muda dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan etnik dan budaya, salah satunya yaitu dalam bidang bahasa dan sastra. Kini tersebar di wilayah Indonesia kurang lebih sekitar 442 bahasa, namun ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Berbeda dengan India, yang seperti Indonesia mempunyai ratusan bahasa daerah, tidak memiliki satu bahasa nasional. India hanya memiliki 22 bahasa resmi, di antaranya Assam, Bengali, Gujarati, Hindi, Tamil, dan Urdu.

Tidak banyak negara yang memiliki bahasa yang sama dengan nama negaranya. Australia atau Selandia Baru, memiliki bahasa resmi bahasa Inggris. Begitu pula Amerika Serikat. Kanada memiliki dua bahasa resmi, yakni bahasa Inggris dan Prancis.

Meskipun terdiri atas berbagai macam asal bahasa, seperti bahasa Sansekerta, bahasa Melayu, bahasa Jawa Kuno, bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan yang lain, bahasa Indonesia menjadi penghubung dari bahasa yang satu dengan bahasa daerah lain. Dalam fungsinya sebagai media penghubung itulah berarti bahasa Indonesia dapat disebut sebagai pemersatu bangsa.

“Dengan adanya kegiatan Bulan Bahasa diharapkan semua lapisan masyarakat  khususnya di lingkungan pelajar, dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Iyun Antonio.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home