Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:07 WIB | Minggu, 13 Maret 2022

Perkembangan Invasi Rusia: Turki Salahkan Dunia Yang Diam terhadap Pencaplokan Krimea oleh Rusia

Asap mengepul dari kontainer yang terbakar setelah penembakan di Vasylkiv, barat daya Kiev, Ukraina, Sabtu, 12 Maret 2022. Pasukan Rusia tampaknya membuat kemajuan dari timur laut Ukraina dalam perjuangan lambat mereka untuk mencapai ibukota, Kiev, sementara tank dan artileri menggempur tempat-tempat sudah dikepung. (Foto: AP/Felipe Dana)

ANTALYA, SATUHARAPAN.COM-Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa perang di Ukraina dapat dihindari jika dunia berbicara menentang pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.

“Apakah kita akan menghadapi gambaran seperti itu jika Barat, seluruh dunia, telah mengangkat suara mereka?” tanya Erdogan. “Mereka yang tetap diam dalam menghadapi invasi Krimea sekarang mengatakan beberapa hal.”

Erdogan berbicara pada hari Jumat (11/3) di sebuah forum diplomasi dekat kota Mediterania Turki, Antalya, di mana Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dan Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, bertemu sehari sebelumnya untuk pembicaraan yang difasilitasi oleh menteri luar negeri Turki.

Erdogan mengatakan Turki akan melanjutkan upayanya untuk perdamaian.

 

Jaksa ICC: Kumpulkan Bukti Kejahatan Perang

ICC, Kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah membuka portal online untuk mengumpulkan bukti kejahatan perang di Ukraina, saat ia memperbarui seruannya kepada para pejuang untuk mematuhi hukum perang.

Jaksa Karim Khan mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis pada hari Jumat (11/3) bahwa dia "mengikuti dengan cermat perkembangan yang sangat meresahkan dalam invasi Rusia ke Ukraina." Ada laporan dalam beberapa hari terakhir serangan Rusia pada infrastruktur sipil di kota-kota Ukraina, termasuk serangan mematikan di rumah sakit bersalin di Mariupol awal pekan ini.

Khan mencatat dalam sebuah pernyataan tertulis bahwa “jika serangan dengan sengaja ditujukan terhadap penduduk sipil: itu adalah kejahatan. Jika serangan dengan sengaja ditujukan terhadap objek sipil: itu adalah kejahatan. Saya sangat mendesak pihak-pihak yang berkonflik untuk menghindari penggunaan senjata peledak berat di daerah-daerah berpenduduk.”

Dia mengatakan tidak ada pembenaran hukum atau alasan “untuk serangan yang tidak pandang bulu, atau yang tidak proporsional dampaknya terhadap penduduk sipil.”

Khan juga mengatakan bahwa dua lagi negara anggota pengadilan global, Jepang dan Makedonia Utara, telah secara resmi memintanya untuk menyelidiki di Ukraina, sehingga jumlah yang disebut sebagai rujukan pihak negara menjadi 41.

Informasi tersebut akan memperkuat bukti yang dikumpulkan oleh tim investigasi yang dikirim Khan ke wilayah tersebut pekan lalu untuk mulai mengumpulkan bukti.

Baik Rusia maupun Ukraina bukanlah negara anggota ICC, tetapi Kiev telah mengakui yurisdiksi pengadilan, yang memungkinkan Khan untuk menyelidiki kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.

 

Gereja Ortodoks Yunani Tawarkan Dukungan untuk Pengungsi Ukraina

ATHENA, Pemimpin Gereja Ortodoks Yunani menghubungi Gereja Ortodoks Ukraina untuk menawarkan dukungan dalam menampung pengungsi yang melarikan diri dari negara yang dilanda perang.

Uskup Agung Ieronymos, yang mengepalai gereja Yunani, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat bahwa dia telah menelepon Uskup Metropolitan Epiphanius dari Kiev, pemimpin Gereja Ortodoks Ukraina, dan menjanjikan "dukungan penuh" untuk Ukraina, menambahkan bahwa paroki-paroki di seluruh Yunani telah mengirim permintaan untuk memberikan bantuan.

Hanya beberapa ribu pengungsi dari Ukraina yang telah melakukan perjalanan ke Yunani sejauh ini, dari 2,5 juta yang telah meninggalkan negara itu. Tetapi pihak berwenang Yunani memperkirakan jumlah itu akan meningkat dalam beberapa pekan mendatang.

Gereja Yunani telah mengakui kemerdekaan Gereja Ortodoks Ukraina meskipun ditentang keras oleh Gereja Ortodoks Rusia.

 

Rusia Sedang Membangun “Republik Semu” di Ukraina

LVIV, Rusia sedang mencoba untuk menciptakan “republik semu” baru di Ukraina untuk memecah belah negaranya, kata Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam pidato malamnya kepada negara itu, Sabtu (12/3).

Zelenskyy meminta wilayah Ukraina, termasuk Kherson, yang direbut oleh pasukan Rusia, untuk tidak mengulangi pengalaman Donetsk dan Luhansk. Separatis pro Rusia mulai memerangi pasukan Ukraina di wilayah timur itu pada tahun 2014.

“Para penjajah di wilayah Kherson mencoba mengulangi pengalaman menyedihkan dari pembentukan republik semu,” kata Zelenskyy. “Mereka memeras para pemimpin lokal, menekan para deputi, mencari seseorang untuk disuap.”

Anggota dewan kota di Kherson, sebuah kota selatan berpenduduk 290.000, pada hari Sabtu menolak rencana untuk pseudo republik baru, kata Zelenskyy.

Rusia mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk sebelum menginvasi Ukraina pada bulan Februari. Moskow mengatakan harus melindungi wilayah separatis, dan menuntut agar Ukraina mengakui kemerdekaan mereka juga.

“Ukraina akan bertahan dalam ujian ini. Kami membutuhkan waktu dan kekuatan untuk menghancurkan mesin perang yang telah datang ke tanah kami,” kata Zelenskyy.

Tentara Rusia Tembaki Konvoi Pengungsi

KYIV, Tujuh warga sipil Ukraina, termasuk seorang anak, tewas ketika Rusia menembaki konvoi pengungsi kemanusiaan dan memaksa mereka untuk kembali, kata Kementerian Pertahanan Ukraina.

Ketujuh orang itu termasuk di antara ratusan orang yang mencoba melarikan diri dari desa Peremoha, 20 kilometer timur laut Kiev. Sejumlah orang yang tidak diketahui terluka dalam penembakan itu, tambah laporan itu.

Moskow mengatakan akan membangun koridor kemanusiaan di luar zona konflik, tetapi pejabat Ukraina menuduh Rusia mengganggu jalur itu dan menembaki warga sipil.

Pada hari Sabtu, Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan hanya sembilan dari 14 koridor yang disepakati dibuka pada hari Sabtu, dan sekitar 13.000 orang dievakuasi di seluruh negeri.

Setidaknya 2,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak invasi Rusia 17 hari lalu, menurut Badan Pengungsi PBB.

 

Pasien Kanker Ukraina Mengungsi ke Polandia

MEDYKA, Sekitar 60 pasien kanker anak dari Ukraina naik kereta medis di kota Polandia pada Sabtu, menuju rumah sakit di Warsawa dan di tempat lain.

Para pekerja medis membawa beberapa pasien muda di lengan mereka, di atas tandu dan di kursi roda di sebuah stasiun di Medyka, dekat perbatasan Ukraina.

“Beberapa dari mereka akan membutuhkan oksigen, akan memerlukan beberapa bentuk perawatan intensif,” dan beberapa memiliki COVID-19 dan harus dipisahkan dari yang lain,” kata Dominik Daszuta, ahli anestesi dari Rumah Sakit Warsawa. Ia mengatakan, sejauh ini kereta tersebut telah mengangkut 120 anak penderita kanker.

Badan pengungsi PBB mengatakan sedikitnya 2,5 juta orang telah meninggalkan Ukraina dalam dua minggu sejak Rusia menginvasinya.

 

Polisi Portugis Tahan Rabi Terkait Pemberian Kewarganegaraan Roman Abramovich

LISBON, Polisi Portugis mengatakan Sabtu bahwa seorang rabi di kota Porto telah ditahan di tengah laporan penyelidikan atas pemberian kewarganegaraan Portugis kepada raja bisnis Rusia, Roman Abramovich.

Kantor polisi kriminal Portugal mengkonfirmasi penangkapan Rabi Daniel Litvak kepada The Associated Press setelah dia awalnya dilaporkan oleh surat kabar Publico. Polisi tidak merinci hari penangkapan, yang menurut media lokal terjadi pada hari Kamis.

Abramovich memperoleh kewarganegaraan Portugis pada tahun 2021 berkat undang-undang yang menawarkan untuk menaturalisasi keturunan Yahudi Sephardic yang terpaksa meninggalkan semenanjung Iberia berabad-abad sebelumnya.

Media Portugis melaporkan bahwa Litvak sedang diselidiki atas tuduhan korupsi karena diduga memberikan dokumen ilegal untuk beberapa pelamar yang ingin memanfaatkan kesempatan kewarganegaraan.

Komunitas Yahudi Porto tidak segera menanggapi email dari The AP yang meminta komentar tentang penangkapan tersebut.

Seperti oligarki lain yang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Abramovich menjadi sasaran sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina. Abramovich, 55 tahun, pada hari Sabtu (12/3) didiskualifikasi sebagai pemilik klub Liga Premier Chelsea, juara Eropa saat ini.

Abramovich tidak memiliki visa Inggris sejak 2018. Sejak itu, ia memperoleh kewarganegaraan baik di Portugal maupun Israel. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home