Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 11:13 WIB | Selasa, 31 Januari 2017

Perwakilan Palestina Ceritakan Toleransi di Palestina

Kuasa Usaha Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Taher Ibrahim Abdallah Hamad, (kanan) saat memberi kata sambutan setelah “Perayaan Natal dan Tahun Baru Bersama Pemuda Kristen se-Indonesia”, di Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron, Jl Kelapa Hybrida, Jakarta, hari Senin (30/1). (Foto: Prasasta Widiadi)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kuasa Usaha Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Taher Ibrahim Abdallah Hamad, menceritakan tentang toleransi dan harmoni antaragama yang terjadi di Palestina.

“Orang Islam, Kristen, Yahudi, di Palestina dan Israel, hidup harmonis dalam perbedaan. Saat bulan Ramadan orang-orang yang membangunkan sahur adalah orang Kristen, dan saat bulan Ramadan banyak orang dari gereja yang membagi-bagikan takjil, kurma saat berbuka puasa di jalan jalan raya di Palestina,” kata Abdallah Hamad, saat memberi kata sambutan setelah “Perayaan Natal dan Tahun Baru Bersama Pemuda Kristen se-Indonesia”, di Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron, Jl Kelapa Hybrida, Jakarta, hari Senin (30/1).    

Abdallah Hamad mengemukakan sebaliknya saat Natal di Palestina suasananya pun sama, karena umat Muslim di Palestina dan Israel memiliki kebahagiaan yang sama.

“Saat hari Idul Fitri semua Palestina seperti Muslim, padahal di situ ada juga umat Kristen yang memiliki hari raya sendiri,” kata Abdallah Hamad.

“Semua agama menginginkan kedamaian. Saya ingin membicarakan tentang tempat tinggal saya, Palestina. Situasi di Palestina saat ini bukanlah tentang masalah agama. Ini tentang wilayah tanah,” kata dia.

Abdallah Hamad mengemukakan warga Palestina sesungguhnya ingin hidup damai dengan Israel. ”Solusi dua negara, Palestina sebagai negara sendiri, dan israel juga, dan kami percaya bahwa kami dapat hidup berdampingan walau dengan perbedaan,” kata dia.

Masa Kecil

 Abdallah Hamad mengenang, saat masih kanak-kanak dia mengingat tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari. “Saat saya kecil, saya pernah bermain di pohon, dan terluka. Ibu saya tidak membawa saya ke rumah sakit atau klinik. Ibu membawa saya ke gereja Katolik, karena di gereja ada biarawati dari italia yang memberi obat-obatan lengkap dan perawatan kepada saya,” katanya. 

Abdallah Hamad menyoroti bahwa kepemimpinan seseorang sangat penting dan menentukan tingkat toleransi sebuah negara. Dia mencontohkan kepemimpinan Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey.

Dia mengingat pada suatu saat harus menemani rekan-rekannya dari Bethlehem Bible College untuk menghadiri acara di sebuah pusat perbelanjaan di Sulawesi Utara, dan mereka diterima dengan baik oleh Olly Dondokambey.

Abdallah Hamad menceritakan beberapa saat setelah Olly Dondokambey memberi kata sambutan di sebuah acara bernuansa Kristen di pusat perbelanjaan tersebut, Dondokambey meminta izin pamit meninggalkan acara tersebut karena harus menghadiri sebuah acara Maulid Nabi.

“Ini adalah toleransi yang konkret dan harmonis di Indonesia,” kata Abdallah Hamad.  

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home