Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Sotyati 15:33 WIB | Kamis, 23 Juni 2016

Pisang, "Fruit of Paradise"

Pisang (Musa paradisiaca). (Foto: Sotyati)

SATUHARAPAN.COM – Tumbuh tanpa kayu, Jacqueline M Piper dalam bukunya, Fruits of South-East Asia, Facts and Folklore (1989) menyebut tumbuhan pisang sebagai “giant herb”. Ia menggambarkannya seperti tanaman hias lili raksasa, dengan ukuran bunga dan buah yang terlihat lebih besar dari ukuran pohonnya.

Pisang, mengutip Wikipedia, adalah nama umum yang diberikan kepada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, Musa balbisiana, dan Musa ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam.

Pisang adalah tanaman perennial, tak kenal musim, yang diperbanyak dengan anakan. Pisang, yang dibudidayakan di seantero daerah tropis, mengutip dari buku Piper, adalah tumbuhan asli Asia Tenggara. Sementara Wikipedia menyebutkan pusat keragaman utama pisang terletak di daerah Malesia (Asia Tenggara, Papua, dan Australia tropika). Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis panas dan lembap, terutama di dataran rendah.

Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang. Masyarakat di negara-negara Afrika dan Amerika Latin dikenal sangat tinggi mengonsumsi pisang setiap tahunnya.

Studi Piper menyebutkan naskah pertama yang menyebutkan keberadaannya, tahun 500 – 600 Sebelum Masehi, dapat ditemukan di dalam kitab suci agama Buddha. Pisang dibawa ke daratan Afrika pada 1.500 tahun lalu, kemungkinan besar dari Indonesia, dan kemudian menyebar ke daerah Arab. Pisang adalah salah satu buah yang disebut dalam Alquran. Di dalam salah satu ayat, pisang disebutkan sebagai “fruit of paradise”.  

Ahli botani, biologi, dan zoologi Swedia, Carl Linnaeus, memberikan nama ilmiah pisang Musa paradisiaca (pisang manis) dan Musa sapientum untuk pisang yang harus diolah terlebih dulu (dimasak) sebelum dikonsumsi. Nama “musa”, diambil dari bahasa Arab, mouz, sementara “sapientum” disebutkan Piper merujuk pada tradisi Kristen kuno yang menganggap pisang adalah pohon pengetahuan.

Pisang, dalam tradisi beberapa wilayah di Asia Tenggara, dianggap sebagai pohon yang disucikan, dan ditanam di halaman-halaman kuil.

Di dalam tradisi masyarakat lokal Thailand, pohon pisang yang tinggi diyakini sebagai tempat bersemayam roh-roh penjaga yang baik, dan petani tidak mencabut pohon pisang karena meyakini roh-roh baik itu mengawasi mereka.

Daun pisang dikenal ketahanannya walaupun harus menghadapi hantaman angin. Christopher Fryke, dalam penjelajahannya ke Hindia Timur pada abad ke-17, menyebutkan dalam catatannya tentang “bissang figs”, “Daunnya sangat  lebar, sehingga selembar daun pun dapat melindungi seseorang dari sinar matahari dan terpaan hujan, yang membuat seseorang mempercayai daun itu adalah daun yang dipilih Adam dan Hawa sebagai peneduh, sesudah kejatuhan mereka ke dalam dosa.”

Manfaat dan Khasiat Pisang

Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik. Mengutip dari Wikipedia, pisang antara lain menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Jacqueline Piper dalam bukunya juga menyebutkan pisang mengandung vitamin A.

Ia juga menyebutkan dalam hal nilai pangan, pisang sama dengan kentang, mengandung 100 kalori per 100 gram buah. Dari Wikipedia dapat ditambahkan, selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak mengalami keletihan.

Pisang manis sangat mudah dicerna dan sangat dianjurkan untuk diberikan kepada bayi yang memiliki gangguan pencernaan.

Berdasarkan cara konsumsi buahnya, mengutip dari Wikipedia, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, seperti pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Pisang goreng adalah camilan populer di Indonesia dan Malaysia. Beragam jenis makanan ringan di Indonesia berbahan pisang yang relatif populer antara lain keripik pisang asal Lampung, sale pisang (Bandung), pisang molen (Bogor), dan epe (Makassar). Thailand, juga memiliki “pisang goreng” sendiri, yang disebut gluay kai, yakni campuran dari pisang dan ketan yang dimasukan dalam adonan tepung kemudian digoreng.

Seiring perkembangan zaman, melihat sifatnya yang tidak dapat disimpan lama sebagai buah segar, buah pisang diolah menjadi berbagai produk. Paling lazim dijumpai adalah sale, keripik, dan kue. Di Amerika Latin, pisang diolah menjadi arak.

Beberapa negara selain yang disebutkan sebagai pengekspor pisang belakangan ini memberikan perhatian khusus kepada pisang. India dan Taiwan, contohnya, adalah dua negara yang mendirikan pusat penelitian dan pengembangan pisang.

Di Indonesia, Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika sudah melakukan upaya memperbanyak pisang kepok (kepok kuning dan kepok tanjung) dengan menggunakan eksplan bonggol.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home