Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:07 WIB | Selasa, 16 Juni 2020

PM Lebanon Minta Tindakan Keras terhadap Perusuh

Krisis ekonomi, korupsi dan politik sektarian telah mendorong protes meluas di Lebanon sejak tahun lalu.
Para demonstran anti-pemerintah berlarian di tengah asap gas air mata di Beirut, Lebanon. (Foto: dok. Reuters)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, mengatakan harus ada respons keras terhadap kerusuhan yang meletus di berbagai wilayah negara itu dalam beberapa hari terakhir. Dia menyebutnya sebagai "tindakan sabotase terorganisir" dan tidak terkait dengan protes yang dipicu oleh krisis ekonomi yang memburuk.

Hassan Diab berbicara pada pertemuan para pejabat tinggi politik dan keamanan negara hari Senin (15/6) untuk membahas kerusuhan, yang telah menyebabkan kerusakan pada properti publik dan pribadi.

Pada hari Kamis dan Jumat (11-12/6), aksi unjuk rasa didorong oleh keruntuhan dramatis mata uang lokal terhadap dolar AS yang merosot, dan protes menjadi kekerasan, terutama di ibu kota, Beirut, dan kota Tripoli, yang terbesar kedua di Lebanon.

Diab mengatakan keputusan tegas harus diambil untuk menghentikan semua tindakan kekerasan dan menahan mereka yang terlibat. "Apa yang terjadi di negara itu tidak normal," kata Diab. Dia menyebut upaya terorganisir, "baik internal atau eksternal," untuk membahayakan keamanan negara, tanpa memberikan bukti.

"Apa yang terjadi membawa banyak pesan berbahaya," kata Diab. "Preman berkeliaran di jalan-jalan dan menghancurkan negara dan lembaganya."

Larangan Sepeda Motor

Presiden Lebanon, Michel Aoun, yang memimpin pertemuan itu, mengatakan kerusuhan itu "tidak dapat diterima lagi" dan bahwa badan-badan keamanan harus mengambil langkah-langkah pencegahan.

Salah satu serangan paling serius terjadi pada hari Jumat malam di pusat kota Beirut, ketika puluhan pria muda dengan sepeda motor menyebabkan kerusakan parah pada toko-toko dan membakar cabang bank lokal.

Pada hari Senin, Menteri Dalam Negeri, Mohammed Fahmi, mengeluarkan perintah melarang sepeda motor di pusat kota Beirut antara pukul 17:00 dan 06:00.

Mata uang Lebanon, yang dipatok terhadap dolar selama lebih dari 20 tahun, telah kehilangan 60 persen nilainya dalam beberapa pekan terakhir. Meskipun ada upaya untuk menghentikan penurunan, pound Lebanon dijual lebih dari 6.000 untuk satu dolar AS pada hari Kamis di pasar gelap, turun dari 4.000 sehari sebelumnya.

Keruntuhan dramatis pekan lalu memperdalam keputusasaan publik atas ekonomi yang sudah bermasalah. Lebanon sangat bergantung pada impor, dan dolar dan mata uang lokal telah digunakan secara bergantian selama bertahun-tahun. Pada hari Senin, bank sentral mulai memompa dolar ke pasar untuk mengurangi tekanan pada pound. Dolar dijual di pasar gelap dengan harga 4.500 pound. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home