Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 00:00 WIB | Jumat, 31 Januari 2014

Populasi Penguin Argentina Terancam karena Perubahan Iklim

Bayi-bayi penguin Argentina tak mampu menghadapi perubahan iklim. (Foto: BBC)

PUNTA TOMBO, SATUHARAPAN.COM – BBC pada Kamis (30/1) mengutip hasil penelitian yang mengatakan bahwa populasi penguin Argentina semakin terancam karena perubahan iklim yang terjadi.

Hujan lebat dan cuaca panas ekstrim membunuh begitu banyak penguin-penguin muda. Penelitian yang dilakukan selama 27 tahun itu melihat bagaimana dampak iklim pada koloni terbesar penguin Magellanic yang hidup di semenanjung Punta Tombo yang gersang.

Hasil penelitian tersebut diluncurkan di jurnal Plos One.

Sekitar 200.000 pasang penguin membuat sarang mereka di semenanjung setiap tahunnya. Mereka tinggal di tempat yang mirip gurun itu sejak September hingga Februari untuk menetaskan telur mereka.

Namun kini hidup bayi-bayi penguin itu terancam.

Mati Perlahan

Bayi-bayi penguin itu berukuran terlalu besar bagi sehingga penguin dewasa kesulitan menduduki mereka untuk menjaga kehangatan. Namun di lain sisi, mereka juga terlalu muda untuk memiliki bulu antiair.

Hasilnya, mereka menjadi sangat rentan terhadap hujan badai. Mereka akan mati jika mereka sampai basah kuyup. Selain itu, mereka juga bisa mati akibat cuaca panas ekstrim karena tidak mampu menyejukkan diri mereka di dalam air.

Data analisis yang baru dari Punta Tombo mengindikasikan perubahan iklim mengalami peningkatan dampak terhadap penguin.

Rata-ratanya, sekitar 40 persen dari penguin muda yang mati tiap tahun karena kelaparan, sementara itu perubahan iklim membunuh sekitar 7 persen penguin.

“Perubahan iklim dalam bentuk tingginya curah hujan dan temperatur yang ekstrim telah meningkat selama 50 tahun terakhir dan membunuh banyak penguin beberapa tahun belakangan,” jelas penulis laporan.

Dalam dua tahun terakhir, inilah penyebab utama kematian penguin.

“Ini merupakan penelitian jangka panjang pertama untuk menunjukkan bagaimana perubahan iklim memiliki dampat besar untuk kelangsungan hidup serta keberhasilan reproduksi penguin,” jelas pemimpin penulis, Prof. Dee Boersma dari University of Washington.

Intensitas terjadinya badai  di lokasi peternakan pada dua minggu pertama Desember semakin meningkat antara tahun 1983 dan 2010. Padahal saat itu penguin-penguin baru berusia kurang dari 25 hari.

Seiring bertambah derasnya curah hujan,  para peneliti percaya bahwa perilaku ikan yang berubah juga berpengaruh pada meningkatnya angka kematian kematian.

Para peneliti mengatakan bahwa pada akhir tahun di mana telur telur menetas, semakin besar kemungkinan penguin-penguin itu berada pada keadaan rentan. Mereka mati perlahan ketika badai tiba pada bulan November dan Desember.

Tahun ini, permasalahan yang dihadapi adalah cuaca panas yang biasanya mencapai 30 derajat Celsius.

Pada masa yang lebih panjang, prospek spesies ini dalam menghadapi perubahan iklim tidaklah bagus, ujar para peneliti itu. (BBC)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home