Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 08:29 WIB | Rabu, 21 Oktober 2020

Prancis Tutup Sebuah Mesjid Terkait Pemenggalan Guru

Seorang perempuan membaca pengumuman prefektoral yang dipasang di gerbang masuk Masjid Agung Pantin, dekat Paris, Prancis, pada hari Senin (20/10/2020). (Foto: Reuters)

PARIS, SATUHARAPAN.COM-Prancis memerintahkan penutupan sementara sebuah masjid di luar Paris pada hari Selasa (20/10), sebagai bagian dari tindakan keras terhadap Muslim yang memicu kebencian setelah pemenggalan kepala seorang guru yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya.

Masjid Agung Pantin, di timur laut ibu kota, telah membagikan video di halaman Facebook-nya sebelum serangan yang melampiaskan kebencian terhadap guru sejarah, Samuel Paty.

Polisi menempelkan pemberitahuan tentang perintah penutupan di luar masjid ketika pihak berwenang bernaji lakukan tanggapan keras terhadap penyebar pesan kebencian, penceramah khotbah radikal dan orang asing yang diyakini menimbulkan ancaman keamanan bagi Prancis.

Perintah untuk enam bulan itu "dengan tujuan tunggal untuk mencegah tindakan terorisme", sebagai pemberitahuan yang dikeluarkan oleh kepala departemen Seine-Saint-Denis.

Pemenggalan kepala oleh seorang tersangka Islamis karena penggunaan sindiran religiusnya untuk mengeksplorasi debat seputar kebebasan berekspresi bersama para muridnya, sebuah prinsip demokrasi yang dijunjung tinggi di Prancis sekuler, telah mengguncang negara dan mengejutkan dunia.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, semakin prihatin dengan apa yang dia sebut separatisme Islamis: upaya oleh elemen-elemen musuh dalam komunitas Muslim besar Prancis untuk memaksakan keyakinan Islam konservatif atas nilai-nilai tradisional Republik Prancis di beberapa komunitas.

"Musuh dari Dalam"

Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmain, mengatakan pekan ini Prancis dihadapkan pada "musuh di dalam".

Ketua Masjid Agung Panin, M’hammed Henniche, akhir pekan ini menyatakan penyesalannya dengan membagikan video tersebut di media sosial, setelah diketahui Paty menjadi korban kampanye intimidasi keji secara online bahkan sebelum dia dibunuh.

Dalam video tersebut, ayah Muslim dari salah satu siswa Paty mengatakan bahwa guru sejarah telah memilih siswa Muslim dan meminta mereka meninggalkan kelas sebelum menayangkan kartun tersebut. Dia menyebut Paty seorang preman dan mengatakan dia ingin gurunya dihabisi.

Henniche memberi tahu Agence France Presse (AFP) bahwa dia telah membagikan video tersebut, yang difilmkan oleh ayah seorang siswa di sekolah Paty, bukan untuk mendukung pengaduan tersebut, tetapi untuk kepentingan anak-anak Muslim. Ayah siswa tersebut sekarang berada dalam tahanan polisi.

"Tidak ada ruang untuk kekerasan dalam agama kami", kata ketua masjid tersebut dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Facebook pada hari Senin (19/10). Kami mengecam keras kebiadaban ini.

Seorang warga Pantin, yang menyebut namanya Maya dan mengatakan suaminya shalat di masjid, menyebut penutupan itu "menyedihkan bagi komunitas kami". (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home