Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 08:33 WIB | Jumat, 25 November 2016

Pria Ditembak Saat Misa di Kolombia

Ilustrasi. Misa di sebuah gereja Katolik. (Foto: independent.co.uk)

CALI, SATUHARAPAN.COM – Kekerasan terhadap umat Kristen di Kolombia mengalami peningkatan setelah satu laki-laki ditembak mati saat misa di bagian barat daya  Cali, Kolombia, hari Selasa (22/11).

Menurut Christian Today, hari Kamis (24/11), laki-laki yang ditembak tersebut bernama Fernando Padilla (35). Dia meninggal dunia tertembak laki-laki bersenjata yang  masuk ke gereja Katolik Santa Cecilia saat  Uskup Agung Cali merayakan misa.

Uskup Agung Cali, Dario de Jesus Monsalve Mejia, mengecam penembakan tersebut dengan mengatakan: “Mengambil keuntungan dari pertemuan itu di gereja-gereja untuk membunuh seorang jemaat dan menciptakan teror di antara umat beriman, melampaui pertimbangan rasional.”

"Sayangnya aksi tersebut menggambarkan betapa manusia tidak takut akan Allah, dan mengabaikan kehidupan manusia yang memiliki akar dalam jiwa, dan akan berdampak  luas ke masyarakat Kolombia.”   

Dalam catatan Christian Today, Aksi tersebut terjadi  dua tahun setelah penembakan di gereja yang sama, kala itu penembakan menewaskan dua orang dan kekerasan terjadi secara sistematis dan khas terhadap umat Kristiani di  negara Amerika Selatan.

Dalam catatan Christian Today, rakyat Kolombia menolak kesepakatan damai dengan kelompok gerilyawan FARC (Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia) atau Kelompok Gerilyawan Bersenjata Kolombia pada Oktober 2016, karena anggota kelompok tersebut telah membunuh imam, gereja hancur dan menculik misionaris.

Dalam referendum, rakyat Kolombia menolak kesepakatan yang diusulkan terutama karena itu dilihat sebagai kesepakatan yang terlalu lunak pada pemberontak.

Dalam catatan Christian Today, perang saudara tersebut hingga saat ini tercatat sebagai perang saudara terpanjang di belahan bumi bagian barat karena telah menyebabkan sekitar 220.000 orang meninggal dunia dan hampir tujuh juta orang mengungsi.

Organisasi amal yang mencatat tentang penganiayaan terhadap umat Kristiani, Open Doors menempatkan Kolombia dalam 50 negara terburuk untuk dihuni orang Kristen, faktor yang pertama adalah karena kejahatan terorganisir yang dilakukan FARC.  

Analis Open Doors untuk wilayah Amerika Selatan,  Dennis Petri mengatakan: "Kolombia adalah negara yang terdiri dengan beberapa realitas. Secara formal, itu adalah negara demokrasi modern di mana aturan hukum yang didirikan dan kebebasan beragama dijamin. Namun, sejumlah besar wilayah negara tersebut di bawah kendali organisasi berbasis kriminal antara lain kartel narkoba, revolusioner dan kelompok paramiliter,” kata Petri.

Dia menambahkan banyak orang Kristen terus menjadi sasaran karena kegiatan individu mereka sebagai pendeta yang berpengaruh, pemimpin politik, wartawan, pengacara, pembela hak asasi manusia, pembela hak-hak adat atau pendukung organisasi konservasi lingkungan.

"Dalam kehidupan masyarakat, organisasi kriminal atau gerilyawan sering menghalangi kehidupan sehari-hari umat Kristen dengan memantau kegiatan mereka dan menghambat apa pun yang bertentangan kepentingan mereka. Kristen di negara ini sering mengalami hambatan yang berkenaan dengan akses ke pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya,” kata Petri.

"Dalam kehidupan nasional, kelompok kriminal sering mengambil alih peran tradisional dari negara, yang dalam praktiknya berarti tidak ada aturan hukum, dan kejahatan yang dilakukan untuk orang-orang Kristen lolos dari jerat hukum,” kata Petri.

"Dalam kehidupan gereja, kejahatan terorganisir mengurangi kebebasan umat Kristen untuk melakukan pelayanan, karena khotbah di gereja terus-menerus dipantau dan khotbah disensor,” kata Petri. (christiantoday.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home