Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 20:00 WIB | Sabtu, 01 April 2017

Produk Perikanan Indonesia Raup USD 58 Juta di AS

Ilustrasi. Petugas memantau proses penenggelaman kapal pelaku 'illegal fishing' yang dilubangi dan diberi pemberat di perairan Tanjung Benoa, Badung, Bali, Sabtu (1/4). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Satuan Tugas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal, menenggelamkan 82 kapal pelaku penangkapan ikan secara ilegal secara serentak di 12 lokasi. (Foto: Antara/Fikri Yusuf)

BOSTON, SATUHARAPAN.COM – Atase Perdagangan Washington D.C, Reza Pahlevi, mengatakan produk perikanan Indonesia sangat diminati di Amerika Serikat (AS).

Menurut dia, paviliun Indonesia berhasil meraup USD 58 juta atau setara Rp 772,6 miliar dalam Seafood Expo North America (SENA) 2017 yang digelar di Boston, Massachusetts, AS pada 19-21 Maret 2017.

“Pangsa pasar produk perikanan Indonesia di AS cukup menjanjikan. Nilai ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia sebesar USD 1,17 miliar pada 2016 atau tumbuh sekitar 1,41 persen dari 2015. Udang, tuna, dan kepiting/rajungan asal Indonesia cukup mendominasi di pasar produk perikanan AS,” kata Reza Pahlevi seperti dilansir hari Sabtu (1/4).

Reza menilai, peluang pasar perikanan di AS sangat tinggi karena AS merupakan importir ikan dan produk perikanan terbesar di dunia. Sebesar 85 persen-90 persen dari konsumsi AS merupakan produk impor.

“Pada 2016, nilai impor ikan dan produk perikanan AS dari dunia mencapai USD 14,6 miliar,” katanya.

Paviliun Indonesia dalam SENA 2017 mengusung tema “Indonesia Seafood: Naturally Diverse” dan tagline “Safe and Sustainable”. Partisipasi Indonesia merupakan prakarsa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan KBRI Washington D.C dan KJRI New York.

Paviliun yang memiliki luas tidak kurang dari 270 meter persegi tersebut ditempati sebanyak 18 perusahaan produk perikanan Indonesia.

Reza menjelaskan pasar AS dipengaruhi secara signifikan oleh generasi milennial yang menuntut pentingnya aspek organik, keberlanjutan, dan keterlacakan.

“Diharapkan pelaku usaha produk perikanan dapat memperhatikan aspek-aspek yang semakin menjadi keniscayaan tersebut,” katanya.

Menurut Reza, peran pelaku industri kuliner AS sangat tinggi dalam mempengaruhi tren dan arah permintaan pasar AS. Sejumlah chef ternama di AS dan Kanada yang menjadi narasumber dalam sesi presentasi di SENA 2017 menyatakan, dalam jasa kuliner, mereka sangat mementingkan aspek organik, keberlanjutan, dan keterlacakan .

Selain itu, keputusan konsumen AS dalam berbelanja produk perikanan siap saji dipengaruhi oleh bentuk kemasan yang menarik dan inovatif dengan cita rasa unik.

“Produk perikanan juga semakin digemari masyarakat AS karena dinilai rendah lemak dan tinggi protein,” katanya.

Sejumlah pengamat pasar produk perikanan AS sepakat, bahwa salah satu yang paling digemari di restoran seafood AS saat ini yaitu tiram segar. Cita rasa seafood Hawaii dan Jepang sedang digemari di AS.

Reza mengatakan, Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi di bidang perikanan cukup besar berpeluang merebut pasar kuliner di AS.

“Potensi produk perikanan Indonesia cukup besar. Kekayaan ragam kuliner seafood Indonesia sangat berpotensi dijadikan produk makanan olahan,” katanya.

Di sela-sela pameran, digelar dialog Indonesian Fisheries Roundtable Meeting mengenai kebijakan serta perkembangan industri perikanan Indonesia kepada berbagai pemangku kepentingan di AS. Dialog dihadiri para pemasok produk perikanan Indonesia dan buyer.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP, Nilanto Perbowo, menyampaikan laut merupakan masa depan Indonesia.

"Masa depan laut kita diupayakan melalui visi yang meliputi dimensi kedaulatan, kemakmuran, dan keberlanjutan," kata Nilanto.(PR)

Editor : Melki Pangaribuan


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home