Protes Anti Rezim Iran Digelar di Paris dan Beberapa Kota Eropa
PARIS, SATUHARAPAN.COM-Ratusan ekspatriat Iran berunjuk rasa di Paris, Prancis, dan kota-kota Eropa lainnya pada hari Sabtu (24/9) untuk mengecam tindakan keras Iran terhadap protes menyusul kematian Mahsa Amini setelah dia ditangkap oleh polisi moral, karena dituduh mengenakan jilbab scara tidak benar.
Para pengunjuk rasa berkumpul di pusat Place du Chatelet di ibu kota Prancis dan meneriakkan slogan-slogan menentang pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan juga mendesak Presiden Prancis, Emmanuel Macron, untuk menghentikan negosiasi dengan Iran.
“Khamenei keluar dari Iran!,” “Macron cukup diam!” dan “Matilah Republik Islam” termasuk di antara slogan-slogan yang diteriakkan oleh para demonstran dalam bahasa Prancis dan Persia, kata seorang wartawan AFP.
Para pengunjuk rasa juga menyanyikan dalam bahasa Persia lagu protes Italia "Bella Ciao (Selamat Jalan Cantik)" yang telah menjadi populer di kalangan pendukung gerakan tersebut.
Mereka juga mengulangi nyanyian Persia yang viral yang digunakan oleh pengunjuk rasa di Iran seperti “zan, zendegi, azadi!” (perempuan, kehidupan, kebebasan!) dan juga padanan bahasa Kurdinya “jin, jiyan, azadi!” sebagai Amini, juga dikenal sebagai Jhina Amini, adalah orang Kurdi.
Dalam protes lain, perempuan Iran di Athena memotong rambut mereka sebagai tanda solidaritas dengan Amini, mengacungkan plakat bertuliskan “sebutkan namanya!”
Demonstran di Sergels torg di pusat ibu kota Swedia, Stockholm, juga memotong rambut mereka sementara kelompok lain di luar parlemen Swedia mengangkat foto-foto mereka yang terbunuh.
Iran mengatakan bahwa 35 orang telah tewas dalam protes yang meletus setelah kematian Amini tetapi para aktivis mengatakan bahwa jumlahnya sekarang lebih dari 50 dan kemungkinan bahkan lebih tinggi.
Demonstran di Paris menyatakan kemarahannya karena Macron telah bertemu dan berjabat tangan dengan Presiden Iran, Ebrahim Raisi, di sela-sela sidang Majelis Umum PBB di New York pekan ini ketika Paris berusaha untuk menjaga agar kesepakatan 2015 tentang program nuklir Teheran tetap hidup.
“Bagaimana Anda bisa berjabat tangan dengan seseorang yang telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan?” membaca sebuah plakat yang diacungkan oleh para pengunjuk rasa yang mengacu pada dugaan keterlibatan Raisi dalam eksekusi massal tahanan politik tahun 1988 di Iran.
“Kemarahan telah berkobar dan api tidak mungkin padam,” kata Mahtab Ghorbani, penyair dan penulis diasingkan yang tinggal di Prancis. "Mereka yang tidak angkat bicara akan dimintai pertanggungjawaban dan kami menuntut Prancis menghentikan negosiasi (tentang masalah nuklir) dan menutup kedutaan besar Iran di Paris," katanya.
Para pengunjuk rasa mengadakan demonstrasi kedua pada hari Minggu di mana mereka berniat untuk berbaris di kedutaan besar Iran di Paris. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Pancasila Jadi Penengah Konflik Intoleransi
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Leonard Chrysostomos Epafras ...