Loading...
HAM
Penulis: Kris Hidayat 14:46 WIB | Minggu, 17 November 2013

Puisi Ahmad Gaus: Para Penjahat Atas Nama Tuhan

Peringatan Hari Internasional untuk Toleransi di Bundaran HI (16/11). (Foto: Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Di Hari Internasional untuk Toleransi yang diperingati pada tanggal 16 Nopember, Ahmad Gaus seorang pengarang fiksi, penulis biografi dan pewacana keilmuan mencipta sebuah puisi yang merefleksikan kondisi kehidupan beragama dan berkeyakinan di Indonesia.

Para Penjahat Atas Nama Tuhan

Di manakah Tuhan
Ketika rumah-Nya diserang
dan dihancurkan?

Engkau tidak akan tahu arti sedih
sebelum kakimu tergelincir dan berdarah
ketika menyeru Tuhan di tengah jerit kesakitan
dalam kobaran api yang membakar
rumah-rumah ibadah.

Engkau tidak akan mengerti
apa artinya terbuang
sampai merasakan sendiri bagaimana
iman direndahkan.

Anak-anak dan perempuan lari ketakutan
menunggu malaikat datang
membawa mereka terbang ke angkasa
bertemu dengan Tuhan yang bersemayam
di atas ‘aras.

Orang-orang tua bertanya
apakah Tuhan mereka telah binasa
dijebloskan ke dalam penjara?

Burung-burung gemetar
melihat orang-orang mengamuk
membawa senjata
batu dan parang.

Di manakah Tuhan
Ketika rumah-Nya disegel
dan dipagari kawat berduri?

Di negeri ini
iman dicurigai bagai sindikat
orang mau beribadah disamakan
dengan penjahat.

Di negeri ini
lebih mudah membuka panti pijat
daripada membuka rumah ibadat
orang mabuk difasilitasi
menyembah Tuhan dihalang-halangi.

Di negeri ini
orang mau beribadah dianggap
mengganggu ketertiban umum
sementara para penjahat yang mengatasnamakan Tuhan
bebas berkeliaran sambil berteriak
Allahu akbar
serang! kejar! bunuh!
Allahu akbar

Setiap hari para pemimpin berpidato
tentang Konstitusi
tapi di mana mereka bersembunyi
ketika orang yang berbeda keyakinan diteror
diinjak-injak?

Orang-orang dibiarkan
dianiaya di kampung mereka
menjadi pengungsi di negeri sendiri
hak hidup mereka direnggut
di hadapan para petinggi negeri.
Kemajemukan diancam
kebebasan disandera
orang-orang dengan pongahnya meringkus kebenaran
memaksakan kehendak dengan kekerasan.

Apakah Tuhan berduka
ketika umat-Nya terlunta-lunta?
Apakah Tuhan merasakan luka
melihat umat-Nya bertaburan isak tangis
dilempari genting dan pecahan kaca?

Jakarta, Ahmad Gaus di Hari Toleransi Internasional, 16/11/2013.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home