Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 09:35 WIB | Selasa, 03 April 2018

Puslitbang LKKMO Kemenag Susun Buku Direktori Rumah Ibadah Bersejarah

Ilustrasi. Menara Masjid Kudus, di Kudus, Jawa Tengah, salah satu tujuan wisata ziarah yang terkenal. (Foto: lihat.co.id)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) akan menyusun buku direktori rumah ibadah bersejarah. Kapuslitbang LKKMO, M Zain, mengatakan buku ini nantinya akan menjadi produk unggulan lain di bidang khazanah keagamaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Puslitbang LKKMO juga telah menerbitkan Alquran dan Terjemahnya dalam Bahasa Daerah. Total sudah ada 12 bahasa daerah, yaitu: Kaili, Banyumas, Minang, Sasak, Mongondow, Batak Angkola, Batak, Kanayat, Toraja, Melayu Ambon, Bali, dan Banjar.

“Buku Direktori Rumah Ibadah Bersejarah ini akan dikemas secara menarik dan naratif untuk dibaca oleh stakeholder. Buku disusun dengan gaya bahasa popular dan dilengkapi gambar yang visualistik,” papar M Zain dalam FGD desain penyusunan Direktori Rumah Ibadah di Jakarta, Kamis (29/3) lalu.

Buku Direktori itu akan disusun secara tematis berdasarkan klasifikasi arsitektur dan ornamen vernacular rumah ibadah bersejarah. “Ornamen tersebut tentu sarat dengan akulturasi budaya dan nilai-nilai kearifan lokal simbolisasi moderasi agama,” Zain melanjutkan.

Kabid Khazanah Keagamaan, Yasin, mengatakan program ini dalam rangka ikut melestarikan rumah ibadah bersejarah di Indonesia. Menurutnya, rumah ibadah bersejarah bukan hanya memiliki nilai historis-filosofis, tetapi juga nilai arkeologis-artistik budaya bangsa yang mencerminkan simbol identitas dan jati diri bangsa.

“Secara historis rumah ibadah bersejarah mengungkapkan jejak  penyebaran agama-agama di Indonesia. Melalui folklor religi juga dikisahkan sejarah berdirinya rumah ibadah  serta tokoh agama yang humanis, akulturatif menginternalisasikan nilai-nilai agama secara moderat,” tuturnya.

“Secara arkeologis, tersurat arsitektur bangunan rumah ibadah yang artistik, vernalucar dan berakulturasi dengan berbagai budaya, seperti halnya menara Masjid Kudus maupun bedug sebagai wujud akulturasi dengan budaya Hindu,” dia menambahkan.

Selain itu, kata Yasin, inskripsi keagamaan bertuliskan Aksara Arab seperti di pintu Masjid Sunan Giri ataupun tiang Masjid Pulo Kameng Aceh juga berisikan informasi sejarah berdirinya rumah ibadah. Hal ini menambah keunikan dan khazanah budaya rumah ibadah bersejarah.

FGD desain penyusunan Direktori Rumah Ibadah ini diikuti peneliti Puslitbang LKKMO. Dalam kesempatan itu, masing-masing peneliti mengungkapkan khazanah budaya yang terdapat pada beberapa rumah ibadah bersejarah berdasarkan pengalaman dan hasil penelitiannya tentang rumah ibadah bersejarah. (kemenag.go.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home