Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 21:45 WIB | Jumat, 07 Juni 2019

Putin dan Xi Jinping Bertemu di Kremlin

Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping di St. Petersburg State University, St. Petersburg, Rusia hari Rabu (6/6). (Foto: VOA)

RUSIA, SATUHARAPAN.COM - SATUHARAPAN.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin, hari Kamis (6/6) menerima Presiden China Xi Jinping di Kremlin. Kedua pemimpin melakukan pembicaraan yang mencerminkan hubungan yang semakin erat antara kedua negara komunis yang pernah berseteru semasa perang dingin.

Kantor berita Rusia Interfax mengabarkan, pernyataan bersama yang dikeluarkan pada akhir pembicaraan menyebut dukungan kedua negara pada Iran dan memuji kepatuhan Iran memenuhi 'Joint Comprehensive Plan of Action' (JCPOA) dari Perjanjian Nuklir Iran dengan negara-negara besar.

Kedua negara menggaris-bawahi komitmen mereka memelihara hubungan baik dengan Iran. Pernyataan bersama tadi mengatakan ‘kedua pihak menekankan perlunya melindungi manfaat bersama dari kerjasama niaga dan ekonomi dengan Iran dan seteguhnya menentang tindakan sepihak tiap negara menjatuhkan sanksi dengan dalih UU nasional mereka’.

Amerika keluar dari Perjanjian Nuklir Iran tahun 2018 dan kemudian menjatuhkan sanksi berat ekonomi terhadap Iran.

Di samping menyatakan dukungan kuat terhadap Iran, sejauh ini China dan Rusia tampaknya tetap mematuhi pasal-pasal sanksi Amerika terhadap Iran itu.

Sementara itu dalam pembahasan luas mengenai kebijakan luar negeri, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia bersiap untuk meninggalkan perjanjian pengendalian senjata START yang baru jika Amerika Serikat tidak berminat untuk memperbaruinya.

Berbicara pada 6 Juni di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg, Putin juga membantah bahwa Moskow menarik personel pertahanannya keluar Venezuela, bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang dikemukakan Presiden Amerika Donald Trump.

Mengenai Inggris, pemimpin Rusia itu mengatakan sudah waktunya bagi kedua negara untuk membuka halaman baru dalam hubungan mereka yang tegang dan untuk meninggalkan hal-hal terkait peracunan mantan mata-mata Rusia di Inggris tahun lalu.

Putin mengemukakan pernyataan itu di tengah-tengah ketegangan terus menerus antara Rusia dan Barat mengenai berbagai isu, termasuk konflik Ukraina dan Suriah, campur tangan Moskow dalam pemilu negara lain, serta serangan gas saraf terhadap mantan agen ganda Rusia Sergei Skripal dan putrinya di kota di bagian selatan Inggris, Salisbury.

Juga ada ketidakpastian mengenai nasib dua perjanjian pengendalian senjata Amerika-Rusia, termasuk perjanjian START yang Baru, satu-satunya perjanjian bilateral yang membatasi senjata nuklir strategis.

Pada pertemuan dengan pimpinan kantor-kantor berita internasional di St. Petersburg, Putin mengatakan Washington enggan untuk memulai pembicaraan mengenai perpanjangan kesepakatan itu, yang akan berakhir pada tahun 2021. (VOA)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home