Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 13:09 WIB | Rabu, 25 Januari 2017

Ragam Reaksi Warga Tunggu Pindahnya Kedubes AS ke Yerusalem

Kedutaan Besar AS di Tel Aviv (Foto: diplomacy.state.gov)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM - Banyak warga Yahudi di Yerusalem sudah tak sabar melihat Kedutaan Besar Amerika Serikat dipindahkan ke Yerusalem, seperti janji Presiden Donald J. Trump saat kampanye. Padahal, belakangan ini pemerintahan Trump sudah melunakkan sikap dan tampaknya belum akan dengan buru-buru mewujudkan janjinya itu.

Laporan CBS menyuguhkan pendapat sejumlah warga di Yerusalem yang mereka temui di berbagai sudut kota.

"Seharusnya memang di sini di Yerusalem --semua kedutaan -- bukan hanya Kedubes AS, semua kedutaan," kata salah seorang warga Yerusalem, Saf Cohen kepada CBS News.

"Soalnya, Yerusalem adalah ibukota negara Israel," kata dia.

"Ini adalah hal yang benar untuk dilakukan," kata Yani Mazor, warga Yerusalem lainnya, sambil menyesap kopi.

Ketika ditanya, mengapa memindahkan Kedubes ke Yerusalem sebagai sebuah kewajiban moral, Mazor mengatakan "karena orang-orang memiliki hubungan yang sangat panjang dengan kota Yerusalem."

Secara umum Yerusalem diakui  tempat bagi beberapa situs paling suci orang Yahudi, tetapi juga bagi umat Islam dan Kristen. Ia juga diklaim sebagai ibukota oleh Palestina.

Perpindahan Kedubes AS ke Yerusalem, dengan demikian, dapat menunjukkan kesan keberpihakan AS kepada Israel dalam salah satu konflik terlama dunia. Gagasan ini begitu kontroversial sehingga bisa memicu perselisihan bahkan di meja kopi seperti yang dihadapi Mazor.

"Ini adalah ide yang buruk untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem," kata Vered Ben-Artzi, warga Yerusalem lainnya, menegaskan.

Mengapa?

"Karena kita tidak perlu perang dunia ketiga."

Sementara itu penasihat senior Palestina, Husam Zomlot, mengungkapkan kekhawatiran bahwa bila Kedubes AS pindah, proses perdamaian Timur Tengah akan lumpuh dan  memberikan alasan baru bagi ekstremis untuk menyerang dengan kekerasan.

"Ini semakin merumitkan hidup kita dan itu dimulai oleh langkah salah Presiden Trump," Zomlot mengatakan kepada CBS News.

"Kami ingin ia memulai dengan langkah yang tepat. Kami ingin dia menjadi kekuatan bagi perdamaian. "

Sementara itu, di Irak, ulama anti AS, Muqtada al-Sadr, mengatakan pada hari Selasa (24/01) bahwa memindahkan kedutaan ke Yerusalem akan menjadi "pernyataan publik dan lebih eksplisit pernah perang melawan Islam. "

Sampai sejauh ini belum ada kedutaan besar negara mana pun di Yerusalem.

Walikota Yerusalem Nir Barkat mengatakan kepada CBS News bahwa pemerintahannya siap membantu AS memindahkan kedubes.

"Lebih baik terlambat daripada tidak pernah," kata Barkat.

"Mengakui Yerusalem sebagai ibukota rakyat Yahudi - seperti yang dilakukan oleh AS di negara lain yang jadi mitra kerjasamanya."

Ditanya apakah ia memandang Trump sebagai pengubah permainan untuk kota dan negaranya, Barkat mengatakan "Presiden Trump memiliki visi yang tepat -. Menyelaraskan kepentingan dengan Israel"

Namun, Melissa Fragiadaki, seorang guru yang tinggal di Yerusalem, mengharapkan kehati-hatian dalam melangkah.

"Saya percaya itu akan menghasilkan kekerasan dan kemarahan, dan itu akan memperlambat proses perdamaian, meskipun saya percaya bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel," kata dia.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home