Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 07:42 WIB | Jumat, 02 September 2016

Ratusan Ribu Rakyat Venezuela Unjuk Rasa Tuntut Referendum

Ratusan ribu aktiis penentang Presiden Venezuela Nicolas Maduro berunjuk rasa di Caracas pada hari Kamis (1/8). Mereka menuntut referendum untuk memakzulkan Maduro (Foto: AFP)

CARACAS, SATUHARAPAN.COM - Ratusan ribu rakyat Venezuela turun ke jalan menuntut referendum untuk menjatuhkan Presiden Nicolas Maduro di tengah rasa frustrasi atas kolapsnya perekonomian negara itu.

Para demonstran turun ke jalan dengan berpakaian putih di bagian timur ibukota Caracas. Mereka menuntut referendum, untuk menentukan nasib Maduro.

Unjuk rasa itu dengan tema "Ambil Alih Caracas" diselenggarakan oleh oposisi yang menentang pemerintah beraliran kiri.

Masyarakat adat juga turut berunjuk rasa di Caracas (Foto: AFP)

The New York Times melaporkan, tidak sekadar didorong oleh motif politik, unjuk rasa ini juga dimotivasi oleh kekecewaan atas memburuknya perekonomian. Para pengunjuk rasa datang dari berbagai desa-desa, dan menyuarakan betapa mereka kesulitan mendapatkan makanan. Mereka datang dari desa yang jauh di Amazon, berpawai melalui jalan-jalan ibukota Venezuela, Caracas, hari Kamis (1/9).

“Venezuela lapar!” teriak sebagian demonstran, yang semuanya berpakaian putih, ketika berpawai di bagian timur ibukota, sebagaimana dilaporkan oleh voaindonesia.com. Mereka mendesak diadakannya referendum untuk memecat presiden, yang popularitasnya anjlok sampai ke tingkat 25 persen tahun ini.

Oposisi berharap satu juta orang, yang lelah akan resesi yang berkepanjangan, inflasi ratusan persen, dan kurangnya pangan serta kebutuhan dasar di seluruh negara itu, berpawai di Caracas.

Ivonne Mejias, 42, salah seorang yang turun ke jalan, mengatakan ia tak bisa lagi memasak kue untuk anaknya yang berulang tahun akibat sulitnya mencari bahan makanan. Mencari uang juga, menurutnya susah.

Aktivis oposisi berunjuk rasa di Caracas (Foto:AFP)

"Kadang-kadang saya ingin bunuh diri saja. Saya frustrasi, saya jadi tidak terkendali, saya melawan seluruh dunia. Ini bukan gaya hidup saya. Jiwa saya etrbelah menjadi dua ketika anak-anak meminta sesuatu --misalnya es krim atau kue -- dan saya tidak memenuhi permintaan mereka. Yang paling sulit saat ini adalah mendapatkan makanan," kata dia, sebagaimana dilansir oleh The New York Times.

Victor Guilarte, 45 tahun, bekerja sebagai mekanik, juga menceritakan kegalauan serupa. Ia mengatakan pekerjaannya kini menjadi tidak menentu karena para tetangganya jatuh miskin dan tak cukup uang untuk memperbaiki mobil mereka. Dua pekan lalu, ia mengunjungi saudaranya di neagra bagian lain, dan ia menemukan keadaan jauh lebih sulit.

"Saya pulang dengan perasaan hancur, mereka tidak punya makanan," kata dia. "Saya lelah dengan Maduro dan pemerintahannya, lelah akan kriminalitas, kelaparan, dan mereka selalu mengatakan kita punya banyak makanan. Saya ingin referendum, dan bila tidak diadakan referendum, saya ingin Maduro mundur," kata dia.

Sementara itu, Maduro mengancam akan memenjarakan pimpinan oposisi jika terjadi kekerasan, tetapi Jesus Torrealba, ketua partai oposisi Democratic Unity Roundtable, bertekad pawai itu akan tetap damai.

Demonstran dalam aksi bertema "Ambil-alih Caracas" itu meneriakkan "Pemerintah ini akan ambruk!" sambil berbaris melalui jalan-jalan ibukota, menuntut tindakan menentang presiden. Tetapi komisi pemilu tampaknya enggan memenuhi tuntutan itu, sehingga referendum untuk memecat presiden itu mungkin tidak terlaksana tahun ini.

Protes terpisah oleh pendukung pemerintah yang mengenakan baju merah juga terjadi hari Kamis.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home