Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 11:51 WIB | Kamis, 05 Mei 2016

Rene van Helsdingen Bermain Bersama di Jazz Mben Senen, Yogyakarta

Rene van Helsdingen Bermain Bersama di Jazz Mben Senen, Yogyakarta
Jam session Komunitas Jazz Mben Senen dengan Rene van Helsdingen pada Jazz Mben Senen edisi 2 Mei 2016 di pelataran Bentara Budaya Yogyakarta, Senin (2/5). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Rene van Helsdingen Bermain Bersama di Jazz Mben Senen, Yogyakarta
Rene (kacamata/baju hitam) saat memberikan workshop (coaching clinic) singkat pada komunitas Jazz Mben Senen.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gelaran Jazz Mben Senen (JMS) edisi Senin (2/5) malam kedatangan salah satu musisi jazz MP3trio asal Belanda, Rene van Helsdingen. Mendengar berita adannya komunitas jazz yang secara reguler melakukan jamm session setiap Senin malam, Rene menyempatkan hadir di sela-sela Stage Bus Jazz Tour (SBJT) 2016 yang saat ini dalam persiapan pementasan di Kota Magelang pada hari Sabtu (7/5).

Setelah menyetir sendiri bus dari Jogja-Magelang pada Senin (2/5) sore, malamnya Rene bersama Andre Hamara, co-producer SBJT 2016, langsung meluncur kembali dari Magelang menuju kantor Bentara Budaya Yogyakarta tempat dihelatnya Jazz Mben Senen (JMS).

Setelah jamming pembukaan yang dilakukan oleh komunitas JMS, Rene langsung bergabung nge-jam bersama Danny Eriawan (bass), Eki (gitar), dan Yosa (drum) memainkan lagu Blue Bossa serta I'm Going yang dikomposisi ulang oleh Rene saat jamming diambil dari album Motivation (1981).

Keterkejutan komunitas Jazz Mben Senen atas kehadiran Rene yang tiba-tiba sesaat lagu Blue Bossa dimainkan, namun pada paruh lagu yang dimainkan secara keseluruhan sekitar 15 menit para musisi Jazz Mben Senen sudah mampu menguasai kegugupannya bermain bersama musisi jazz dunia. Komunikasi yang dibangun Rene selama tujuh menit awal menghasilkan improvisasi antarpemain yang saling mengimbangi.

Pada lagu kedua, perform jamming semakin menyatu. Secara riang dan jenaka melalui gerak tubuhnya Rene seolah berdialog dengan para pemain melalui komposisi lagu lama I'm Going yang mungkin belum pernah didengarkan oleh musisi yang sedang bermain.

Dengan diselingi jamming Puspita Handayani yang memadukan unsur etnik gamelan dalam musik jazz, Puspita memainkan alat petik siter pada lagu Es Lilin dalam laras pelog dilanjutkan tembang Cublak-cublak Suweng dalam laras slendro. Kedua lagu diiringi seruling serta alat musik band.

Jam session dilanjutkan dengan 'tantangan' Rene pada Danny dan Yosa untuk memainkan lagu Tomorrow she will be ill dengan komposisi yang ditulis pada sesobek kertas sesaat sebelum mereka nge-jam. Tantangan bersambut. Jazz Mben Senen malam itu menyajikan kolaborasi musisi lintas generasi yang hampir-hampir tidak berjarak dalam permainan basic jazz style: drum, bass, serta keyboard elektrik menggantikan grand piano. Dialog yang dibangun selama jam session lagu Tomorrow she will be ill seolah menggambarkan Jazz Mben Senen itu sendiri: semangat belajar bersama dan membangun persaudaraan.

Pada lagu ciptaan Antonio Carlos Jobim berjudul The Girl from Ipanema, Rene mengundang Nilam Hs untuk menyanyi diiringi permainan ketiga musisi lintas generasi. Suara khas Nilam yang serak-berat mampu menghibur pengunjung di penghujung hari.

Playing without Thinking

Setelah beberapa lagu yang dimainkan secara bergantian oleh komunitas Jazz Mben Senen, Rene memberikan kejutan dengan memberikan trik-teknik bermain piano pada anggota komunitas yang hadir.

Coaching clinic dadakan berlangsung sekitar 30 menit. Dalam bahasa yang mudah dipahami transfer ilmu berlangsung menyenangkan meskipun malam telah melewati dini hari. "playing without thinking," kata Rene sambil memberikan penjelasan bagaimana memanfaatkan seluruh apa yang ada di hadapannya: yang dilihat, dirasakan, dan didengarkan secara bebas tanpa harus memikirkan aturan-aturan baku yang memberatkan.

Rene menjelaskan dengan playing without thinking musisi akan bisa mengeksplor seluruh potensinya dan bermain secara lepas. Dan hal itu bisa dilakukan secara sederhana namun dalam latihan yang disiplin.

Rene memberikan contoh dengan tepukan tangan ringan mengiringi latihan memainkan tuts keyboard untuk mengasah kepekaan rasa dan nada.

Dalam beberapa hal Farid Wahdiono dari Exposure magazine yang mengikuti perjalanan bermusik Rene van Helsdingen sejak tahun 1986 dan menjadi pengunjung tetap Jaz Mben Senen memberikan pendapat tentang Rene.  

"Yang menarik dari Rene adalah selalu menghadirkan hal-hal baru melalui lompatan-lompatan bermusik saat di depan piano. Improvisasi jelas dimiliki musisi (jazz), namun tidak dengan lompatan-lompatan tersebut. Meskipun dia bisa memainkan electone dengan sangat baik, namun dengan piano itulah (sesungguhnya yang) menjadi ruh permainan Rene. Dia adalah tipe musisi-produser yang mampu meracik musik jazz dalam banyak hal (aransemen, komposisi, dan lain-lainl). Termasuk cara mengemasnya," kata Farid saat ditemui satuharapan.com di BBY Senin (2/5) malam.

Menerjemahkan playing without thinking dalam bahasa sederhana bisa jadi bermainlah (musik) layaknya seorang anak bermain secara bebas-lepas untuk kegembiraan. Mungkin ini yang dikatakan Farid tentang lompatan-lompatan tersebut: berbagi kegembiraan bersama.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home