Loading...
INDONESIA
Penulis: Melki Pangaribuan 13:37 WIB | Kamis, 17 Desember 2020

Retno: RI-Israel Tidak Pernah Niat Buka Hubungan Diplomatik

Retno: RI-Israel Tidak Pernah Niat Buka Hubungan Diplomatik
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengenakan selendang berhias bendera Palestina dan Indonesia, di sela-sela acara Bali Democracy Forum ke-10 yang diadakan di Serpong, Banten, 7 Desember 2017. (Foto: Antara/Muhammad Iqbal via REUTERS)
Retno: RI-Israel Tidak Pernah Niat Buka Hubungan Diplomatik
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas (kiri) saat penutupan KTT Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-5 pada 7 Maret 2016 di Jakarta. (Foto: AFP/Garry Lotulung)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan Indonesia tidak pernah berniat membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Hal itu disampaikan menanggapi kabar adanya pembicaraan antara pihak Indonesia dan Israel mengenai proses normalisasi hubungan kedua negara.

Retno Marsudi dalam jumpa pers, Rabu (16/12), menegaskan Indonesia tidak pernah berniat membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

"Sebagai tindak lanjut arahan Bapak Presiden (Joko Widodo) kepada Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi), saya ingin menyampaikan dua hal, yaitu pertama, hingga saat ini tidak terdapat niatan Indonesia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel," kata Retno.

Retno menambahkan dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina berdasarkan solusi dua negara dan parameter intrernasional lain yang telah disepakati secara konsisten akan tetap dijalankan.

Komentar Retno ini menanggapi kabar yang berembus beberapa hari terakhir soal adanya pembicaraan antara pihak Indonesia dan Israel mengenai proses normalisasi hubungan kedua negara. Berita ini pertama kali ditulis tiga media Israel, yakni Yediot Ahronot, Times of Israel, dan the Jerusalem Post.

Menurut Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di Dewan Perwakilan Rakyat Sukamta, membela Palestina hingga menjadi sebuah negara merdeka dan berdaulat merupakan amanat dari pembukaan konstitusi.

Kalau dilihat dari sisi kepentingan, lanjutnya, lebih besar kepentingan Israel untuk membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pasalnya, kata Sukamta, volume perdagangan Indonesia dan Israel kecil. Ditambahkan lagi kondisi ekonomi Israel lebih sulit daripada Indonesia.

"Jadi Israel ini putus asa banget untuk mencari teman-teman baru. Sementara Indonesia, walaupun terkena pandemi, seperti disampaikan oleh Pak Presiden, menteri keuangan, pemerintah, Indonesia ini akan segera tumbuh balik kembali kok," ujar Sukamta.

Sukamta menambahkan negara-negara Arab mau membuka hubungan resmi dengan Israel karena ditakut-takuti dengan Iran dan ini terkait persoalan geopolitik di kawasan Teluk. Namun dia mengingatkan Indonesia tidak memiliki persoalan semacam itu. Sehingga, lanjutnya, membuka hubungan diplomatik dengan Israel bukan hal yang mendesak bagi Indonesia.

Soal dukungan sampai terwujudnya Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, Sukamta mengakui hal tersebut memang tidak mudah. Butuh kecerdasan dan konsistensi. Kalau Indonesia tidak konsisten, akan makin sulit bagi Indonesia untuk menyokong perjuangan Palestina meraih kemerdekaan.

Sukamta mengatakan salah satu hal mendesak yang mesti ditempuh Indonesia adalah mempersatukan faksi-faksi perjuangan di Palestina, termasuk Hamas dan Fatah. Dia meyakini pemerintah bisa melakukan itu seperti yang sudah dilakukan di Afghanistan yang kini dalam proses perdamaian intra Afghanistan.

Meski tidak memiliki hubungan diplomatik, Indonesia dan Israel menjalin kerja sama perdagangan dan pariwisata. Pada 1970-an hingga 1980-an, Indonesia membeli persenjataan israeldan mengirim tentaranya untuk berlatih di negara Bintang Daud itu. Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin juga datang ke Jakarta menemui Presiden Soeharto pada 1993.

Pada 2000, Presiden Abdurrahman Wahid menerima lawatan Shimon Peres, waktu menjabat Menteri Kerja Sama Regional Israel. (VOA)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home