Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:50 WIB | Sabtu, 28 Agustus 2021

RI Datangkan Lagi Enam Juta Dosis Vaksin

Kedatangan vaksin di Jakarta, hari Jumat (27/8). (Foto: satgas)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Indonesia Kembali kedatangan vaksin dari Sinovac dalam bentuk jadi dengan merek Coronavac sebanyak lima juta dosis dan vaksin Astrazeneca sebanyak 1.086.000 dosis. Keduanya melalui mekanisme skema pembelian langsung.

"Dengan hadirnya kedua vaksin tersebut, berarti Indonesia sudah kedatangan vaksin COVID-19 sebanyak 208,7 juta dosis," kata Sekretaris Perusahaan sekaligus Juru Bicara COVID-19 Bio Farma, Bambang Heriyanto, Jumat (27/8/2021).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 26 Agustus 2021 dari 34 Provinsi hanya satu provinsi yang stok vaksinnya dibawah 14 hari.

Dia memaparkan, vaksin yang telah terdistribusi sebanyak 123.256.044 dosis. Dari jumlah tersebut CoronaVac 1 dosis sebanyak tiga juta dosis, vaksin COVID-19 Bio Farma sebanyak 89.366.140 dosis, AstraZeneca sebanyak 15.982.584 dosis, Moderna sebanyak 7.558.810, CoronaVac 2 dosis sebanyak 6.848.644 dosis, dan Sinopharm dari hibah 499.866 dosis.

Adapun total vaksin yang terdistribusi selama 1-26 Agustus 2021 mencapai 36.631.654 dosis. "Bio Farma akan terus mendistribusikan vaksin COVID-19 ke lokasi yang membutuhkan sesuai dengan arahan dari Kementerian Kesehatan," katanya.

Terkait upaya vaksinasi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. DR. dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi menyambut baik posisi Indonesia yang menduduki peringkat enam dunia dalam hal jumlah orang yang telah divaksin dan posisi ke-7 dunia dalam hal jumlah dosis vaksinasi. Saat ini lebih dari 92,8 juta penduduk indonesia telah divaksin satu kali maupun dua kali.

Sementara itu, Pakar Imunisasi, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH. DSc mengatakan, untuk mengendalikan pandemi, target imunisasi dengan herd immunity vadalah mencapai minimal 70% dari total penduduk. Saat ini Indonesia baru mencapai 21%. Tentu negara dengan penduduk lebih kecil dr Indonesia bisa lebih mudah mendekati angka 70%.

Jane mengatakan, mengingat jumlah vaksin terbatas maka untuk memutuskan rantai penularan virus, pemerintah daerah diharapkan dapat mendahulukan daerah yang kasus COVID-19 yang paling banyak. Umumnya kasus banyak pada daerah yang lebih padat penduduk dan mobilitas tinggi.

"Dengan cara ini otomatis cakupan imunisasi akan lebih cepat meningkat dibanding vaksin yang ada di distribusi secara merata," kata Doktor Bidang Penelitian Pelayanan Kesehatan dari Erasmus University, Netherland ini.

Jane juga mengingatkan warga masyarakat yang enggan divaksin, bahwa varian delta jauh lebih cepat menular dan perjalanan penyakit dua kali lebih cepat dan mematikan. "Sebanyak 99% kasus COVID-19 di Amerika Serikat adalah mereka yang belum diimunisasi, kelompok anti vaksin dan anti masker," katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home