Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 07:30 WIB | Selasa, 18 Agustus 2020

Ribuan Warga Gereja di Korea Selatan Dikarantina Terkait Penyebaran COVID-19

Pemimpin Gereja Sarang Jeil Dituduh Halangi Pencegahan Pandemi
Pendekatan 'lacak, uji, dan obati' di Korea Selatan telah dianggap sebagai model global, tetapi negara tersebut masih memerangi klaster penularan virus yang terkait dengan kelompok agama. (Foto: dok. AFP)

SEOUL, SATUHARAPAN.COM-Ribuan warga gereja yang terkait dengan kelompok virus corona di Seoul telah diminta untuk dikarantina, kata otoritas Korea Selatan mengatakan hari Senin (17/8), ketika mereka menuduh pemimpin konservatif kelompok itu, yang dilaporkan dinyatakan positif, menghalanginya.

Pendekatan "lacak, uji, dan obati" negara itu telah dijadikan model global dalam cara mengendalikan penyebaran virus, tetapi sekarang memerangi beberapa kelompok yang terkait dengan kelompok agama.

Selama akhir pekan, ibu kota dan provinsi tetangganya, Gyeonggi, yang keduanya menampung hampir setengah populasi Korsel, melarang semua pertemuan agama dan mendesak penduduk untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu setelah ledakan kasus baru memicu kekhawatiran gelombang besar kedua.

Korea Selatan melaporkan 197 infeksi baru pada hari Senin, sehingga totalnya menjadi 15.515 kasus. Ini peningkatan tiga digit hari keempat berturut-turut setelah beberapa pekan dengan angka antara 30 dan 40-an.

Klaster Gereja

Klaster (gugus) terbesar saat ini berpusat di Gereja Sarang Jeil di Seoul, dipimpin oleh Jun Kwang-hun, seorang pendeta konservatif kontroversial yang merupakan tokoh utama dalam protes terhadap Presiden Moon Jae-in.

Sebanyak 315 kasus terkait dengan gereja telah dikonfirmasi pada akhir pekan, kata para pejabat hari Senin, menjadikannya salah satu kelompok terbesar sejauh ini, dan sekitar 3.400 anggota jemaat telah diminta untuk karantina.

Sekitar satu dari enam anggota gereja yang dites sejauh ini positif, "membutuhkan pengujian dan isolasi cepat," kata Wakil Menteri Kesehatan, Kim Gang-lip. Tetapi daftar anggota yang diberikan oleh gereja itu "tidak akurat", katanya, membuat prosedur pengujian dan isolasi "sangat sulit".

Situasi tersebut merupakan "tahap awal dari wabah skala besar", kata Jung Eun-kyeong, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC). "Jika wabah tidak dikendalikan sekarang, jumlah kasus yang dikonfirmasi akan meningkat secara eksponensial, yang mengarah pada runtuhnya sistem medis dan kerusakan ekonomi yang sangat besar," katanya.

Pendeta Dituduh Halangi Upaya Pencegahan

Pemimpin Gereja Sarang Jeil, Jun, termasuk di antara pembicara yang berpidato di depan ribuan pengunjuk rasa sayap kanan yang melawan pemerintah kiri-tengah Moon di jantung kota Seoul pada akhir pekan, meskipun ada wabah dan seruan untuk menghindari pertemuan besar.

Jun dinyatakan positif terkena virus, kata Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan pada hari Senin. Kementerian kesehatan dan kesejahteraan dan otoritas kota Seoul telah mengajukan dua pengaduan polisi terpisah terhadap Jun, menuduhnya sengaja menghalangi upaya untuk menahan epidemi.

Dia sebelumnya menentang larangan unjuk rasa Seoul untuk mengadakan protes anti pemerintah pada bulan Februari, pada saat pemerintah mendesak semua orang untuk tinggal di rumah karena virus, dan kemudian ditahan atas tuduhan melanggar undang-undang pemilu secara terpisah.

Wabah virus corona awal di Selatan berpusat di Gereja Yesus Shincheonji, yang sering dikecam sebagai aliran sesat dan juga dituduh menghalangi penyelidik.

Seorang pengacara untuk Sarang Jeil mengatakan bahwa gereja telah memberikan rincian anggota selama 15 tahun kepada pihak berwenang, sehingga banyak mantan jemaah akan dimasukkan. "Ketakutan nasional ini adalah tipu muslihat untuk menangkap Pendeta Jun Kwang-hun," kata Kang Yeon-jae kepada wartawan di gereja.

Pemimpin Shincheonji, di mana lebih dari 5.000 kasus terkait, Lee Man-hee, ditangkap awal bulan ini karena diduga memberikan catatan pertemuan gereja yang tidak akurat dan daftar anggotanya yang salah kepada otoritas kesehatan. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home