Loading...
HAM
Penulis: Eben E. Siadari 20:05 WIB | Jumat, 07 Oktober 2016

Ribuan Warga Wamena Doa Syukur Diangkatnya Isu Papua di PBB

Pastor John Djonga memimpin ibadah doa syukur dan ucapan terimakasih kepada tujuh negara Pasifik yang telah mengangkat isu Papua di PBB (Foto: Istimewa)

JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM – Ribuan orang warga Papua di Wamena  menghadiri acara doa syukur kepada Tuhan pada Kamis (6/10) dan menyampaikan terimakasih kepada tujuh negara Pasifik yang telah mengangkat isu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua di Sidang ke-71 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pekan lalu.

Anggota Pleno Dewan Adat Papua (DAP) dan Sekretaris Dewan Adat Wilayah La Pago, Dominikus Sorabut, dalam siaran persnya mengatakan masyarakat adat Papua menyampaikan ucapan terima kasih kepada negara-negara, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Gereja dan masyarakat regional dan internasional yang selama ini telah ikut membantu menyuarakan perjuangan panjang masyarakat adat Papua akan hak-haknya di berbagai forum.

Sebagian warga Wamena menghadiri doa syukur dan ucapan terimakasih kepada tujuh negara Pasifik yang telah mengangkat isu Papua di PBB (Foto: Ist)

Dominikus menyebut sejumlah nama forum yang telah ikut menyuarakan hal itu, seperti Melanesian Spearhead Group (MSG) dan Pacific Islands Forum (PIF).

Sebagai puncaknya, menurut Dominikus, pada tanggal 20-26 September 2016, suara masyarakat adat Papua sebagai perjuangan suci dapat didengar oleh 193 negara anggota PBB dalam sidang umum PBB yang Ke-71 di New York. Suara mereka, menurut dia, telah disampaikan  melalui pidato tujuh perwakilan negara Pasifik, masing-masing Kepulauan Solomon, Tuvalu,  Vanuatu,  Tonga,  Kepulauan Marshall,  Nauru dan Palau.

Dengan diangkatnya masalah itu, menurut DAP, mata dunia terbuka atas terpuruknya nasib dan masa depan rakyat Papua, juga atas distorsi kebijakan yang selama ini terjadi. Ia mengatakan Indonesia tidak bisa lagi menutup diri atas kesalahan kebijakan di masa lalu terhadap Papua.

“Secara khusus DAP menyampaikan ucapan terima kasih kepada PM Solomon Islands (Manasseh Sogavare), PM Tuvalu (Enele Sosene Sopoaga), PM Vanuatu (Charlot Salwai Tabimasmas),  PM Tonga (Samuela Akilisi Pohiva), Presiden Marshall Islands (Hilda C. Heine), Presiden Nauru (Baron Divavesi Waqa), Permanent Reprentative Palau Mr.Caleb Otto, Melanesian Spearhead Group, Pacific Islands Forum, LSM PIANGO dan gereja-gereja di Pasifik,” kata Dominikus melalui siaran persnya.

Satuharapan juga menerima laporan dan sejumlah foto dari warga Papua yang menghadiri acara tersebut.

”Hari ini doa dan syukuran ucapan terimakasih kepada 7 negara Pasifik, PIF dan Pacific Islands Association of Non Governmental Organizations (PIANGO) di  di Wamena. Ribuan rakyat dari berbagai sudut sedang masuk menuju kantor tempat acara syukuran. Semua aktivitas kios, toko, tutup,” demikian pesan singkat yang diterima oleh satuharapan.com.

Ibadah syukur itu dipimpin oleh Pastor John Djonga, yang selama ini dikenal bersuara kritis.

“Masyarakat adat Papua patut mengucap syukur atas karya, tuntunan, hikmat dan anugerah Ilahi oleh Allah Bapa Yang Maha Kuasa yang telah menyatakan kehendaknya untuk menjamin hak-hak dasar masyarakat adat Papua dan hak penentuan nasib sendiri bagi Masyarakat Adat Papua, dalam mempertahankan otoritas dasar dan menyelamatkan identitas sebagai citra dan rupa Tuhan di atas tanah air Papua,” demikian siaran pers Dewan Adat Papua.

Lebih jauh, Dominikus mengatakan Masyakat Adat Papua sebagai ahli waris atas tanah, hutan dan air, siap mengamankan perjanjian Paris tentang isu pemanasan Global.

“Jika negara-negara kecil terancam oleh pemanasan global, bangsa dan rakyat Papua siap menerima dan menyelamatkan negara-negara yang terancam. Hanya saja bangsa Papua hari ini mengalami ancaman serius atas jiwa dan hak hidupnya,” kata Dominikus.

Dominikus mengatakan melalui perayaan ini Dewan Adat Papua mengajak seluruh masyarakat Adat Papua membangun persatuan dan kekuatan bersama sebagai satu bangunan yang kokoh.

“Jangan terus memberi diri untuk dipecah-belah yang cenderung mengadu domba sesama masyarakat adat, yang menciptakan konflik di antara masyarakat adat Papua, atau antara masyarakat adat Papua dengan pihak lain,” tutur dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home