Rio Tinto Jajaki Rencana Hengkang dari Freeport
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Kelompok bisnis Australia, Rio Tinto, dikabarkan sedang menjajaki berbagai opsi untuk hengkang dari pertambangan emas dan tembaga Grasberg yang dijalankan oleh Freeport McMoran Inc di Papua.
Kantor berita Bloomberg melaporkan kelompok bisnis tersebut telah mengadakan pembicaraan dengan sejumlah pihak di Indonesia, termasuk perusahaan milik negara, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tentang kemungkinan keluar dari perjanjian kerjasama dengan Freeport dalam pengelolaan tambang Grasberg.
Menurut sumber Bloomberg yang tidak mau disebutkan namanya, para eksekutif Rio Tinto mengadakan pertemuan dengan pihak Indonesia dalam beberapa pekan terakhir, termasuk di Indonesia. Mereka membicarakan mengenai potensi penjualan aset yang jadi sumber penghasilan mereka itu, yang merupakan bagian dari perjanjian kerjasama patungan mereka dengan Freeport McMoran.
Rio Tinto dikabarkan sedang menjajaki berbagai obsi yang memungkinkan mereka menjual hak partisipasi mereka di Freeport. Namun tidak dapat dipastikan apakah pembicaraan tersebut masih akan berlanjut atau akan ada kesepakatan.
Rio Tinto menolak berkomentar ketika dimintai konfirmasi mengenai hal ini. Demikian juga Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Hadiyanto, yang dicoba dihubungi oleh Bloomberg, tidak segera menanggapi panggilan telepon dan pesan teks yang dikirimkan.
Pembicaraan ini berlangsung di tengah ketidaksepakatan Freeport terhadap usulan pemerintah untuk meningkatkan kepemilikan Indonesia di tambang Grasberg menjadi 51 persen. Freeport pada bulan Agustus lalu menyetujui sebuah kerangka untuk melakukan divestasi saham mayoritasnya dan berkomitmen untuk membangun pabrik peleburan atau smelter. Namun, Freeport mengatakan bahwa proses tersebut bergantung pada beberapa hal, termasuk mencapai kesepakatan mengenai "nilai wajar" untuk saham tersebut.
Di bawah perjanjian Freeport dengan Indonesia, Freeport akan melakukan investasi sebesar US$ 20 miliar sampai tahun 2031 untuk mengembangkan tambang Grasberg lebih lanjut, termasuk pembangunan pabrik peleburan. Sementara bagi Rio Tinto, komitmen investasi apa pun harus didahului oleh bukti bahwa investasi itu lebih bernilai daripada peluang investasi lainnya. Hal ini dikatakan oleh CEO Rio Tinto,Jean-Sebastien Jacques, dalam sebuah wawancara bulan September.
Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengatakan proses divestasi dan valuasi aset Freeport harus diakhiri pada kuartal pertama tahun 2019.
PT Inalum akan dikonversi menjadi perusahaan induk pertambangan dan memimpin pembelian saham Freeport.
Pada bulan Januari 2016, Freeport memberikan valuasi atas perusahaan mereka (tidak termasuk hak yang dimiliki oleh Rio Tinto), sebesar US$ 16 miliar, menurut CEO Freeport, Richard Adkerson. Grasberg adalah tambang tembaga terbesar kedua di dunia dan tambang emas terbesar.
Berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada 1990-an untuk membantu Freeport membiayai perluasan Grasberg, Rio Tinto berhak atas arus kas 40 persen pangsa produksi Freeport apa bila mencapai di atas tingkat tertentu sampai tahun 2021 dan 40 persen dari seluruh produksi setelah tahun itu.
Editor : Eben E. Siadari
Jepang Kembali Melelang Daging Paus, Pertama Setelah Beberap...
TOKYO, SATUHARAPAN.COM-Daging paus yang ditangkap untuk pertama kalinya dalam hampir 50 tahun di lep...