Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 12:19 WIB | Jumat, 04 Maret 2022

Risiko Penyakitnya Sulit Dikelola, Hindari Obesitas pada Anak

Obesitas pada anak. (Foto ilustrasi: dok. Ist)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Obesitas atau kegemukan telah disebutkan sebagai suatu kelainan atau penyakit. Dan ini ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas pada anak bahkan menjadikannya rentan terjadi berbagai penyakit yang sulit dikelola.

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Winra Pratita, mengatakan gejala klinis pada anak obesitas dilihat dari wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, pada leher tampak pendek, terdapat acanthosis nigricans (bercak kehitaman di belakang leher).

Pada dadanya juga terlihat membusung dengan payudara membesar dan napas berbunyi (mengi). Pada perut terlihat membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat.

''Pada ekstremitas sering juga tungkai berbentuk X akibat kenaikan berat badan yang sangat berlebihan dalam waktu yang singkat. Kemudian gerakan panggul terbatas, dan pada sistem reproduksi laki-laki penis tampak kecil,'' katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Rabu (2/3).

Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan antropometri mencakup berat badan, panjang badan atau tinggi badan indeks massa tubuh.

Dampak Obesitas

Selain gejala klinis, obesitas pada anak bisa menyebabkan komplikasi mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dari kepala sang anak kemungkinan cepat depresi, dan percaya diri rendah akibat obesitas.

Kemudian di bagian paru-paru, anak kemungkinan bisa mengalami asma atau sleep apnea pada saat tidur. Sleep apnea merupakan gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama beberapa kali. Hal ini bisa ditandai dengan mengorok saat tidur.

Di bagian jantung, kemungkinan bisa terjadi kelainan jantung, atau kolesterolnya tinggi, atau bisa juga peningkatan tekanan darah. Pada bagian hati, terjadi perlemakan, dan pada perut anak bisa mengalami gerd.

Selanjutnya pada pankreas bisa beresiko diabetes tipe 2. Pada lutut bisa terjadi artritis atau nyeri pada sendi. Bisa juga kakinya bengkok akibat penimbunan berat badan yang sangat masif dalam waktu yang sangat singkat.

Bagian reproduksinya biasanya kalau anak perempuan bisa jadi menstruasinya tidak teratur atau mungkin lebih cepat daripada kawan-kawannya.

Pencegahan Obesitas

Untuk pencegahannya, kata Winra, pada bayi 0-12 bulan ibu didorong memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif sampai enam bulan, kemudian anak diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan cara yang benar. Orang tua didorong untuk menawarkan makanan baru secara berulang untuk menghindari minuman manis.

Pada bayi usia 12-24 bulan, ibu harus menghindarkan anak dari minuman manis, hindari konsumsi jus dan kental manis yang berlebihan. Setiap anggota keluarga harus dibiasakan makan bersama di meja makan.

''Yang harus diperhatikan, orang tua tidak boleh membatasi jumlah makan, tapi memastikan bahwa makanan yang tersedia sehat serta disertai buah dan sayuran. Makanan selingan hanya diberikan sebanyak dua kali dan hanya menawarkan air putih bila haus bukan minuman manis,'' kata Winra

Anak tidak boleh diberikan makanan berkalori tinggi sebagai cemilan, anak juga harus mempunyai kesempatan aktif secara fisik untuk bermain di luar rumah. Batasi nonton TV, tidak meletakkan televisi di kamar tidur anak, lalu orang tua juga harus menjadi model percontohan untuk selektif dalam menentukan makanan yang dikonsumsi oleh anak.

'Hargai selera makan anak, jadi anak harus diberi makanan sesuai rasa lapar dan rasa kenyang anak. Tidak memaksakan harus habis satu porsi,'' katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home