Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 12:56 WIB | Minggu, 29 September 2019

Rona-rona Narendra dalam “Playing with Time”

Rona-rona Narendra dalam “Playing with Time”
Pengunjung sedang mengamati karya “Roro Mendut” (kiri) dan “Rahwana vs Jatayu” dalam pameran tunggal Rona Narendra di Miracle Prints. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Rona-rona Narendra dalam “Playing with Time”
Rona Narendra (bertopi) memberikan penjelasan karyanya kepada pengunjung, Jumat (27/9).
Rona-rona Narendra dalam “Playing with Time”
Goresan drawing Rona Narendra di atas cangkir.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Delapan belas karya dua matra dalam medium cat air, ballpoint, pensil, marker pen/spidol di atas kayu, kanvas, dan plastik, dipresentasikan seniman-perupa Rona Narendra di Miracle Print-art Shop. Pameran bertajuk “Playing with Time” dibuka oleh seniman-perupa Yuswantoro Adi, Jumat (27/9) sore.

Dunia imajinasi, itulah yang tertangkap sekilas dari kedelapan belas karya Rona. Objek utama figur manusia boneka mini yang dibentuk dari jari-jari manusia menjadi wilayah permainan Rona. Dalam bingkai waktu, Rona mencoba menangkap ingatan ataupun refleksi atas proses berkaryanya.

“Saya mencoba untuk hal-hal yang baru di luar latar belakang dan aktivitas berkarya kriya dan desain,” Rona menjelaskan kepada satuharapan.com, Jumat (27/9).

Diakui Rona, sejauh ini dia lebih banyak berkarya tiga matra pada karya-karya kriyanya yang lebih banyak mengeksplorasi kekuatan tangan (craftmanship). Sketsa awal ataupun drawing yang dibuat lebih untuk kepentingan rancangan awal desain yang dibuatnya, dan bukan untuk sebuah karya seni.

Pilihan membuat drawing yang dibuat sekitar tahun 2012 menjadi upaya untuk memperkaya ornamen karya-karya yang dibuat di atas cangkir-cangkir kecilnya. Di dinding luar cangkir itulah Rona merespons dengan drawing potret Salvador Dali, Van Gogh, dan lain-lain menjadi karya-merchandise. Hal yang sama kerap dilakukan pada talenan kayu. Tahun 2012 Rona terpilih menjadi 50 nominator Lomba Desain Batik Kabupaten Sleman.

Menilik pada kedelapan belas karyanya, ornamen dan permainan warna menjadi salah satu kekuatan Rona dalam setiap karyanya. Pada drawing series berjudul “Self Potrait” misalnya, melalui permainan warna yang berbeda, Rona seolah memberikan sentuhan suasana hatinya. Pada kelima drawing series tersebut Rona membuatnya di atas plastik kresek bekas. Pilihan medium yang menarik di tengah isu meningkatnya penggunaan plastik sebagai penyumbang sampah yang susah terurai di alam.

Dalam karya bermedium kanvas Rona mengangkat mitologi dalam tema karyanya Venus, Dewi Saraswati. Dewi Sri, Dewi Shinta, Rama Wijaya, Rahwana, dalam konteks hari ini. Dengan figur manusia boneka mini, Rona memiliki keleluasaan untuk melakukan interpretasi ulang dengan membebaskan dari pakem bentuk yang sudah ada. Hasilnya Rona bisa membawa imajinasi yang mungkin akan berbeda dengan yang sudah ada di benak pengunjung atas figur-figur yang ada dalam epos Ramayana. Keuntungan lainnya Rona menjadi tidak terjebak dalam pakem-pakem yang kaku dan bisa membebaskan diri untuk memberikan sentuhan ornamen-figuratif lainnya yang lebih detail.

Kekuatan imajinasi inilah yang muncul pada karya berjudul “Rahwana vs Jatayu” dalam citraan yang didominasi dengan garis, bentuk, serta arsiran yang detail dan kuat bisa memberikan tawaran imajinasi baru bagi penikmat seni ketika Rona melengkapi karya tersebut dengan bangunan permukiman, perahu, kapal api, dan mercusuar. Impresi karya drawing yang kerap muncul dari garis-arsiran garis yang detail dilengkapinya dengan warna-warna pastel semakin menegaskan kekuatan garis itu sendiri.

Gabungan kekuatan garis dan outline membingkai warna-warna pastel terlihat dalam tiga karya Rona berjudul “Bow and Arrow”, “Ayo Sekolah”, dan “You and Me”, yang dibuat dengan medium pensil dan cat air di atas kayu. Menjadi tantangan tersendiri untuk memunculkan warna yang kuat di atas kayu dengan menggunakan cat air yang secara spesifik diperuntukkan bagi material kertas ataupun bahan-bahan dengan warna terang.

Secara keseluruhan Rona menawarkan hal-hal yang ringan dan lucu dalam kedelapan belas karya dua matranya. Apa yang ada dalam benak Anda saat menyaksikan karya Rona berjudul “Shinta Obong” dengan figur boneka perempuan di atas tungku api yang menyala, dua figur burung yang sedang terbang dengan menenteng ember, zeppelin bertuliskan angka “911” yang terbang di atasnya, serta sosok pria yang sedang membawa alat pemadam api?

Atau karya berjudul “Saraswati” dengan perempuan yang keluar dari kotak pandora dengan memegang mikrofon, telepon genggam, permen lolipop, dan memainkan musik yang bersumber dari pemutar musik digital?

Meskipun memberikan garis tepi pada sebagian besar karyanya, Rona justru tidak ingin terbatasi oleh adanya garis tersebut. Membebaskan pengunjung untuk tidak terjebak ataupun terbingkai pada satu isu, sepertinya inilah yang hendak ditawarkan Rona dalam presentasi karyanya bertajuk “Playing with Time”.

Pameran tunggal Rona Narendra bertajuk “Playing with Time” berlangsung hingga 12 Oktober 2019 di Miracle Prints Jalan Suryodiningratan MJ. II/853, Mantrijeron, Yogyakarta.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home