Loading...
BUDAYA
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:48 WIB | Jumat, 24 Februari 2017

Sastrawan Gerson Poyk Meninggal Dunia

Gerson Poyk (16 Juni 1931-24 Februari 2017). (Foto: kupang.tribunnews.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Dunia sastra Indonesia berduka. Pada Jumat, 24 Februari 2017, sastrawan Gerson Poyk meninggal dunia dalam usia 86 tahun. Ia meninggal sekitar pukul 11.00 WIB di RS Hermina, Depok, Jawa Barat.

Selama empat tahun ini, Gerson menderita penyakit jantung dan berbagai komplikasi yang membuatnya hanya dapat berbaring di ruang ICU.

Gerson Poyk dilahirkan dengan nama Herson Gubertus Gerson Poyk, di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, pada 16 Juni 1931. Wikipedia menyebutkan ia dikenal luas di panggung sastra Indonesia melalui karya-karyanya berupa cerita pendek maupun novel yang menjadi rujukan dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Di antaranya yang terkenal adalah Sang Guru dan Di Bawah Matahari Bali.

Gerson berkarier sebagai guru SMP dan SGA di Ternate (1956-1958) dan Bima, Sumbawa (1958), sebelum berkarier sebagai wartawan di Harian Sinar Harapan pada tahun 1963- 1970. Gerson menikahi Agustina Antoneta Saba, yang sudah mendahuluinya menghadap Sang Khalik, dan dikaruniai lima anak.

Gerson, yang sejak itu menjadi penulis lepas, dan pernah mentap di Bali, hingga kini telah menciptakan ratusan  karya novel, cerpen, dan puisi. Beberapa karyanya dipublikasikan seperti Sang Guru, Impian Nyoman Sulastri, Doa Perkabungan, Requiem untuk Seorang Perempuan, Di Bawah Matahari Bali, Mutiara di Tengah Sawah.

Beberapa karyanya juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang, dan Turki. Bahkan, banyak mahasiswa dalam dan luar negeri memperoleh gelar S1, S2 dan S3 dengan skripsi dan tesis mengenai karya-karyanya.

Pada tahun 1970-1971, ia menerima beasiswa untuk mengikuti International Writing Program di University of Iowa, Iowa, Amerika Serikat. Pada 1982 ia mengikuti seminar sastra di India.

Karya Gerson Poyk yang mewarnai dunia sastra Indonesia di antaranya Hari-Hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Matias Akankari (1975), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Requiem Untuk Seorang Perempuan (1981), Di bawah Matahari Bali (1982), Impian Nyoman Sulastri (1988).

Sepanjang kariernya sebagai penulis, Gerson menerima beberapa penghargaan. Di antaranya Hadiah Jurnalistik Tertinggi Adinegoro (1985 dan 1986), penghargaan dari Majalah Horison, Southeast Asia Write Award 1982, Anugerah Kebudayaan (Kategori Seni) dari Pemerintah RI, dan Lifetime Achievement Award dari Harian Kompas. Sebagai putra kelahiran NTT, ia juga menerima penghargaan Academy Award dari Forum Academy NTT.

Hingga masa-masa tuanya, ia masih terus menerbitkan karya. Antara lain Meredam Dendam, Tarian Ombak, serta Sang Sutradara dan Wartawati Burung. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home