Loading...
RELIGI
Penulis: Dewasasri M Wardani 16:00 WIB | Selasa, 23 Oktober 2018

Sebagian Perkamen Laut Mati di Museum Alkitab, Palsu

Ilustrasi. Para pengunjung mengamati pameran gulungan perkamen Laut Mati atau Dead Sea Scrolls dalam pameran untuk media di Museum Alkitab di Washington DC, 14 November 2017. (Foto: Voaindonesia.com)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Ketika Museum Alkitab yang bernilai $500 juta (Rp7 triliun) dibuka secara resmi akhir tahun lalu di Washington, dan dihadiri oleh Wakil Presiden Mike Pence, timbul pertanyaan tentang keaslian gulungan perkamen Laut Mati, atau yang dikenal dengan nama Dead Sea Scrolls itu.

Kini, museum itu terpaksa mengakui kenyataan yang sangat pahit, karena analisis teknis yang diadakan oleh para pakar Jerman menunjukkan bahwa setidaknya lima dari 16 fragmen gulungan yang dipamerkan di museum itu palsu.

Pengumuman itu berdampak serius tidak hanya bagi Museum Alkitab itu, tapi juga bagi para penganut ajaran Kristen Evangelis dan berbagai lembaga yang telah membayar mahal untuk apa yang kini ternyata merupakan pemalsuan benda-benda arkeologis yang penting.

Jeffrey Kloha, kurator Museum Alkitab itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pengungkapan tentang kepalsuan Dead Sea Scrolls itu menekankan kepada publik pentingnya untuk memverifikasi keaslian artefak yang berhubungan dengan Alkitab.

Koleksi Dead Sea Scrolls itu, yang dipercaya merupakan tulisan-tulisan keagamaan Yahudi, ditemukan pertengahan 1940-an di gua-gua yang terletak di tepi Laut Mati di Israel. Kumpulan gulungan kertas perkamen itu diyakini berasal dari zaman Yesus. Keseluruhan koleksi itu terdiri atas kira-kira 9.000 gulungan dan 50.000 bagian-bagiannya yang rusak.

Kebanyakan dari gulungan perkamen itu dikuasai dengan ketat oleh Otorita Purbakala Israel. Tapi pada 2002 muncul bagian-bagian baru di pasar barang-barang kuno, walaupun banyak pakar Alkitab tidak percaya akan keasliannya. (Voaindonesia.com)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home