Loading...
BUDAYA
Penulis: Sabar Subekti 08:01 WIB | Senin, 14 September 2020

Seikat Rambut Presiden AS, Abraham Lincoln, Laku Rp 1,2 Miliar dalam Lelang

Foto yang diambil pada Juli 2020 yang dirilis oleh RR Auction ini menunjukkan seikat rambut mantan Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, yang akan dilelang pada 12 September 2020. (Foto: AP)

SATUHARAPAN.COM-Seikat rambut Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln, bersama dengan telegram bernoda darah tentang pembunuhannya pada tahun 1865 telah dijual di pelelangan seharga lebih dari US$ 81.000 (Sekitar Rp 1,2 Miliar).

Barang-barang itu dijual dalam lelang yang berakhir hari Sabtu (12/9), menurut RR Auction of Boston. Namun tidak ada informasi tentang pembeli.

Rambut sepanjang sekitar dua inci (lima sentimeter) telah dipotong selama pemeriksaan postmortem terhadap Lincoln setelah dia ditembak secara fatal di Ford's Theatre di Washington DC oleh John Wilkes Booth.

Rambut itu diberikan kepada Dr. Lyman Beecher Todd, seorang postmaster Kentucky dan sepupu Mary Todd Lincoln, janda presiden ke-16 AS itu, menurut RR Auction. Todd hadir saat tubuh Lincoln diperiksa.

Rambut itu disatukan pada telegram resmi Departemen Perang yang dikirim ke Dr. Todd oleh George Kinnear, asistennya di kantor pos Lexington, Kentucky. Telegram tersebut diterima di Washington pada pukul 11 ​​malam pada tanggal 14 April 1865.

RR Auction menjamin keaslian seikat rambut itu dan telegramnya. Putra Dr. Todd, James Todd, menulis dalam sebuah surat pada tahun 1945 bahwa potongan rambut “telah sepenuhnya menjadi hak keluarga kami sejak saat itu.'' Terakhir dijual pada tahun 1999, kata rumah lelang tersebut.

"Ketika Anda berurusan dengan sampel rambut Lincoln, asalnya adalah segalanya, dan dalam hal ini, kami tahu bahwa ini berasal dari seorang anggota keluarga yang berada di samping tempat tidur Presiden," kata Bobby Livingston, wakil presiden eksekutif RR Auction, dalam sebuah pernyataan. .

Harga jual rambut dan telegram itu adalah US$ 81.250 sedikit lebih tinggi dari $ 75.000 yang diharapkan oleh rumah lelang itu.

Telegram itu penting karena membantah teori bahwa Menteri Perang Edwin Stanton berencana membunuh Lincoln karena perbedaan pendapat pribadi dan politik mereka, menurut sejarawan.

Beberapa orang mengatakan Stanton memerintahkan agar komunikasi militer diganggu, sehingga Booth melarikan diri sebentar. Stempel waktu pada pengiriman tersebut menunjukkan bahwa saluran telegraf militer berfungsi pada malam Lincoln dibunuh.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home