Sekitar 1,6 Juta Orang di Indonesia Mengalami Kebutaan
Sebagian besar karena kelainan refraksi dan penyebab utama adalah katarak. Secara global, ganguan peglihatan dialami sepertiga penduduk dunia.
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Jumlah penderita gangguan penglihatan di Indonesia berdasarkan survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness diperkirakan tiga dari 100 orang berusia lebih dari 50 tahun mengalami kebutaan atau sekitar 1,6 juta orang.
Penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak.
Selain yang mengalami kebutaan, kurang lebih ada sekitar lima sampai enam juta orang mengalami gangguan penglihatan dan sebagian besarnya adalah masih mungkin untuk diatasi.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan gangguan penglihatan dan kebutaan merupakan masalah yang berdampak pada hampir sepertiga populasi dunia saat ini dan diperkirakan akan terus meningkat.
''Penyakit prioritas pada gangguan penglihatan adalah yang pertama katarak kemudian diikuti kelainan refraksi, glaukoma, dan retinopati diabetik,'' kata Maxi pada konferensi pers Hari Penglihatan Sedunia, Selasa (4/10).
Pengembangan Vision Center
Pemerintah menargetkan penurunan gangguan penglihatan sebesar 25% pada 2030. Strategi penanggulangan gangguan penglihatan mulai dari penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor, penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, pendekatan asesmen kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan SDM dan standardisasi, dan penguatan surveilans sampai pemantauan serta evaluasi kegiatan.
''Pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam proses mengembangkan Vision Center,'' ucap Dirjen Maxi.
Vision Center adalah sebuah bentuk pelayanan kesehatan mata terintegrasi pada fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat layanan primer. Pemeriksaan dilakukan secara komprehensif bukan hanya kepada individu, tapi juga masyarakat atau komunitas melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), dr. Yeni Dwi Lestari, Sp.M (K) mengatakan tahun ini Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan berbagai stakeholder termasuk perdami mencoba satu pilot project pengembangan Vision Center. Bertujuan menyediakan layanan yang bisa diakses dan terdekat dengan masyarakat.
''Melalui Vision Center ini kami berharap bisa melayani masyarakat untuk skrining deteksi dini sebuah penyakit terutama katarak dan pelayanan refraksi. Untuk pelayanan refraksi kita harapkan bahwa Vision Center ini bisa menjadi satu unit atau satu fasilitas yang bisa menyediakan kaca mata dengan harga terjangkau,'' kata Yeni.
Strategi selanjutnya adalah melalui 3A, yakni Accessible (dapat diakses), Available (Ketersediaan), dan Affordable (Terjangkau). Melalui Accessible, lanjutnya, masyarakat Indonesia memiliki akses pada layanan kesehatan dimanapun.
Editor : Sabar Subekti
D'Masiv Meriahkan Puncak Festival Literasi Maluku Utara
TERNATE, SATUHARAPAN.COM - Grup band papan atas tanah air, D’Masiv hadir sebagai guest star da...