Loading...
INDONESIA
Penulis: Martahan Lumban Gaol 19:09 WIB | Senin, 14 Maret 2016

Semangat Indonesia Dorong Palestina Merdeka Pantang Kendur

Ilustrasi. Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi (kanan) saat mendampingi Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Wapres Jusuf Kalla (kedua kanan), Menko Polhukam Luhut Panjaitan (kiri), dan Seskab Pramono Anung (kedua kiri) memberikan keterangan pers di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/2/2016). Presiden Joko Widodo beserta delegasi tiba kembali di Tanah Air usai melakukan lawatan ke Amerika Serikat untuk menghadiri KTT ASEAN-AS, berkunjung ke Silicon Valley dan menjadi pembicara utama dalam US-ASEAN Business Council. (Foto: Antara/Widodo S. Jusuf)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi, terpaksa mengurungkan niat melantik Maha Abu-Shusheh sebagai Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Palestina di Kota Ramallah, hari Minggu (13/3). Pemerintah Israel melarang Retno memasuki wilayah Tepi Barat, Palestina.

Larangan tersebut dikeluarkan Pemerintah Israel lantaran sebelumnya Retno menolak bertemu otoritas Pemerintah Israel di Kota Yerusalem.

Pengamat Timur Tengah, Hasibullah Satrawi, larangan itu tidak boleh mengendurkan semanagat Indonesia mendorong kemerdekaan Palestina. Indonesia harus terus menekan Israel untuk mewujudkan perdamaian di Palestina.

Menurutnya, Indonesia dapat menempuh sejumlah langkah guna mewujudkan perdamaian di Palestina. Langkah tersebut diharapkan dapat dilakukan dengan tegas dan konsisten, misalnya memboikot produk buatan Israel.

“Kalau mau boikot produk Israel, silakan  diboikot. Israel juga tergantung dengan anggaran dan bisnis global,” ujar Hasibullah dalam sambungan telepon dengan satuharapan.com, di Jakarta, hari Senin (14/3).

Selain itu, menurutnya, Indonesia juga harus mendorong negara-negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) bersikap secara konsisten terhadap dua dokumen deklarasi hasil Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa (KTT LB) kelima OKI yang lalu.

Dorong OKI Konsisten

DIa mengatakan, langkah tersebut bisa ditempuh pembentukan unit pemantauan khusus dalam OKI. “Karena masalahnya, ada negara anggota OKI yang dalam konferensi bersikap tegas tapi secara sembunyi bekerja sama dengan Israel. Seperti Turki, bahkan masyarakat Israel itu liburannya ke Turki,” ujar Hasibullah.

Kemudian, menurut dia, Indonesia juga harus mendorong persatuan dalam faksi-faksi di Palestina. Palestina tidak boleh pecah dan harus menemukan semangat persatuan dalam langkah memperjuangkan kemerdekaannya.

“Sekarang Indonesia sudah punya Konsul Kehormatan untuk Palestina, konsul ini diharapkan dapat membantu Palestina menemukan semangat persatuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina,” ujarnya.

Langkah terkahir, kata dia, Indonesia juga harus bisa merangkul negara-negara adidaya yang memiliki kekuatan dan pengaruh besar di dunia global, seperti Amerika Serikat.  Sebab, menurutnya, Israel dirancangan sebagai negara kecil yang memiliki kekuatan besar di wilayah Timur Tengah.

“Indonesia bisa memanfaatkan hubungan dengan negara adidaya yang diperhitungkan oleh Israel, agar Israel komitmen mewujudkan perdamaian di Palestina,” ujar dia.

Tak Ada yang Istimewa

Di tempat terpiah, hal senada disampaikan , anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya.

Dia melihat, tidak ada hal istimewa di balik larangan Israel terhadap kunjungan Retno. Menurutnya, larangan tersebut justru menunjukkan bahwa Indonesia berada di garis terdepan perjuangan Organisasi Kerja sama Islam (OKI) untuk mendorong kemerdekaan Palestina.

"Bukan menyakitkan menurut saya, melainkan malah membanggakan. Kalau tak dianggap, biasa saja sikap dia," katanya.

Menurut dia, langkah Retno menolak bertemu dengan otoritas Pemerintah Israel tepat. Dia pun berpendapat, sikap tersebut akan dipandang serius oleh Israel.

“Ini suatu yang maju. Dalam pengertian, sikap kita benar-benar dipandang serius Israel, kekuatan terdepan dalam mendorong solusi perdamaian kedua negara," ujarnya.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home